Page 389 - Cakrawala Pendidikan
P. 389

Udin S.

          Keempat,  program  "social studies" mencerminkan " ... the changing
          nature of knowledge,  fostering  entirely  new and  highly  integrated
          approaches  to  resolving   issues  of  significance  to  humanity"
          (NCSS, 1994:5). Dengan begitu  hakikat  pengetahuan yang semula
          dilihat  secara  terkotak-kotak,  kini  harus  dilihat  secara  terpadu
          yang menuntut perlibatan berbagai disiplin.
          Untuk  dapat mencapai semua yang  digagaskan  mengenai "social
          studies" tersebut,  dikemukakan adanya  tiga  strategi dasar yakni "
          supporting  the  common  good, ... adopting  common  and  multiple
          perspectives,  and  . ..  applying  konowledge,  skills,  and  values  to
          civic  action".  Hal  tersebut  menyangkut  pada  pengembangan
          "democratic  ideals,  principles,  and  practices";  pengembangan
          kemampuan  siswa  untuk  dapat  melihat  masalah  dari  berbagai
          perspektif  yaitu  "personal  perspective,  academic  perspective,
          pluralist  perspective,  and  global  perspective";  dan  perwujudan
          pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap  dalam  perilaku  sebagai
          warganegara (NCSS, 1994:5-7).
          Demikianlah  secara umum perkembangan "social studies" sebagai
          suatu  bidang  kajian  telah  dibahas.  Perkembangan  tersebut
          melukiskan  bagaimana  "social  studies"  pada  dunia  persekolahan
          telah  menjadi  dasar ontologi  dari  suatu  sistim  pengetahuan  yang
          terpadu,  yang  secara  epistemologis  telah  mengarungi  suatu
          perjalanan  pemikiran  dalam  kurun  waktu  60  tahun  lebih  yang
          dimotori  dan  diwadahi  oleh  NCSS  sejak  tahun  1935.  Pemikiran
          tersebut  secara  tersurat  dan  tersirat  merentang   dalam  suatu
          kontinum  gagasan  "social  studies"  Edgar  Bruce  Wesley  (1935)
          sampai ke  gagasan  "social  studies" terbaru dari NCSS (1994).

          Konsep Pendidikan IPS di Indonesia
          Untuk   menelusuri   perkembangan   pemikiran   atau   konsep
          pendidikan  IPS  di  Indonesia  secara  historis  epistemologis  terasa
          sangat sukar karena dua alasan.  Pertama di  Indonesia belum  ada
          lembaga  profesional  bidang  pendidikan  IPS  setua  dan  sekuat
          NCSS  pengaruhnya.  Lembaga  serupa  yang  dimiliki  Indonesia,
          yakni  HISPIPSI  (Himpunan  Sarjana  Pendidikan  IPS  Indonesia)
          usianya masih sangat muda  dan produktivitas akademisnya masih
          sangat terbatas,  sebatas pertemuan tahunan dan  komunikasi antar



          382
   384   385   386   387   388   389   390   391   392   393   394