Page 388 - Cakrawala Pendidikan
P. 388
Perkembangan Pendidikan ...
dengan pendidikan menengah, ditandai oleh keterpaduan
" ... knowledge, skills, and attitudes within and accross
disciplines"(NCSS, 1994:3) Hal 1m memberi dasar bahwa
pendidikan "social studies" memiliki dua alternatif, yakni yang
bersifat monodisipliner dan multidisipliner. Pada kelas-kelas
rendah ditekankan pada "social studies" yang mengintegrasikan
beberapa disiplin yang bertolak dari suatu tema tertentu, misalnya
tema "time, continuity, and change" yang memungkinkan guru
mengembangkan pengalaman belajar siswa yang melibatkan
disiplin sejarah, sains, dan bahasa. Pada kelas-kelas lanjutan dan
menengah, program "social studies" dapat diteruskan dengan
pengintegrasian secara interdisipliner atau sering disebut secara
"interdisciplinary" yang lebih luas; atau dengan menempatkan
suatu disiplin sebagai titik tolak, kemudian dikaitkan dengan atau
diperkaya dari materi disiplin lainnya, yang sering disebut secara
"cross-disciplinary" atau lintas disipliner. Karena itu pendekatan
monodisipliner yang dimungkinkan, bukanlah dalam arti
pembelajaran suatu disiplin sosial secara soliter, misalnya hanya
sejarah atau geografi saja. Hal itu dapat dipahami karena
fenomena dan masalah sosial dalam kenyataannya tidak bisa
dipisahkan, misalnya antara pemanasan global, timbulnya el nino
dan Ia nina, perubahan musim (dimensi geografi), produktivitas
pertanian, tingkat pendapatan petani, dan tingkat kesejahteraan
(dimensi ekonomi), serta perlindungan hukum (dimensi politik).
Ketiga, program "social studies" dititikberatkan pada upaya
membantu siswa dalam ": .. construct a knowledge base and
attitudes drawn from academic disciplines as specialized ways of
viewing reality"(NCSS,1994:4). Di sini siswa diperankan bukan
sebagai penerima pengetahuan yang pasif, tetapi sebagai
pembangun pengetahuan dan sikap yang aktif me!alui cara
pandang secara akademik terhadap realita. Nampaknya
pandangan konstruktivisme yang menitikberatkan pada "process
of knowing" akan menjadi salah satu pilar dari "social studies"
pada abad ke 21 tersebut, menggeser pandangan behaviorisme
yang mengasumsikan pengetahuan ada di luar diri manusia dan
menempatkan siswa sebagai "recipient" dari pengetahuan.
381