Page 226 - Trends in Science and Technology fo Sustainable Living
P. 226
Trends in Science and Technology 187
for Sustainable Living
Hasil uji laboratorium menyatakan bahwa di dalam biji kopi
terdapat beberapa senyawa volatil, seperti aldehida, furfural, keton,
alkohol, ester, asam format, dan asam asetat (Widyotomo & Sri, 2007).
Senyawa-senyawa volatil tersebut memiliki kontribusi terhadap
rasa dan aroma kopi, sedangkan senyawa yang mempengaruhi
kualitas kopi diantaranya kafein dan asam klorogenat. Selain itu,
di dalam biji kopi juga mengandung mineral, karbohidrat, protein,
dan lemak yang membantu menjaga suplai energi, membangun
jaringan, dan memenuhi kebutuhan mineral tubuh (Septiningtyas,
2018). Daun dan biji kopi robusta diketahui mengandung polifenol,
suatu zat flavonoid yang tercatat sebagai salah satu antioksidan
kuat, terutama asam klorogenat (cholorogenic acid), yang dikenal
mampu melawan radikal bebas (Putri, Ardhiyanto, Dewi, & Shita,
2018; Rabani & Fitriani, 2022). Kandungan antioksidan pada biji kopi
robusta lebih tinggi daripada kopi arabika (Putri et al., 2018). Relatif
cukup banyak tanaman yang berkhasiat sebagai antioksidan,
terutama tanaman yang mengandung karotenoid dan polifenol,
khususnya flavonoid sehingga banyak diformulasikan sebagai
antioksidan alami yang dapat dibuat dalam bentuk sediaan
oral sebagai vitamin dan topikal sebagai produk perawatan kulit
(Haerani, Chaerunisa, & Subarnas, 2018). Menurut Tilaar, Kaseke,
& Juliatri (2016), pada dasarnya kafein, asam volatil, dan fenol
yang terdapat pada ekstrak biji kopi robusta, merupakan contoh
zat antibakterial yang memiliki efek positif dalam menghambat
pertumbuhan mikroba patogen di dalam rongga mulut. Bahkan
selain bersifat sebagai antibakterial, ekstrak biji kopi robusta juga
mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan
jamur merugikan (anti jamur) pada penyakit rongga mulut
(kandidiasis) (Putri et al., 2018). Kandidiasis merupakan penyakit
yang disebabkan oleh jamur Candida albicans yang berubah
karakternya menjadi patogen karena faktor-faktor predisposisi
antara lain menurunnya imunitas tubuh, gangguan endokrin, terapi
antibiotik dalam kurun waktu relatif lama, kemoterapi, dan perokok
(Komariah, 2012).