Page 40 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 40

Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi


                    pemakaian, sinonim,  antonim, homonm, dan  hiponim
                    serta kesinoniman, keantoniman, kehomoniman,  dan
                    kehiponiman.

                H.  Hermeneutika Sastra

                         Istilah  Hermenutika  dalam  dunia  kesusastraan
                    sebenarnya bukan hal yang asing lagi, namun memang tidak
                    terlalu banyak orang  yang  mengenal  sebab  tidak  banyak
                    orang  yang  peduli  serta berkenan  untuk  berkecimpung
                    dalam dunia  kesusastraan.  Hal  tersebut  dapat  dibuktikan
                    dengan  terbatasnya penelitian-penelitian  terhadap karya
                    sastra,  seperti halnya lontar-lontar klasik yang banyak
                    memuat ajaran pendidikan. Berangkat dari kenyataan
                    tersebut sejatinya buku ini tercipta, dimana salah satunya
                    adalah untuk  menumbuhkembangkan  rasa peduli  di  hati
                    masing-masing  personal di  nusantara pada  umumnya.
                    Realita bahwa banyaknya karya sastra yang hilang dilarikan
                    ke negara lain, bahkan usak karena kurang terawat, salah
                    satu  penyebabnya  adalah  dikarenakan  kekurangpedulian
                    (Widana  A.A.G.O.,  2022:  7-9).  Ratna (2007:  45),  dalam
                    ((Widana  A.A.G.O.,  2022:  7-9)  pada  prinsipnya,  wadah
                    penyampaian komunikasi baik lisan (verbal) maupun tulisan
                    menggunakan  bahasa baik bahasa lisan (verbal) maupun
                    bahasa tulisan (non-verbal). Dengan demikian, pemaknaan
                    puisi perantaraan bahasa dimaksudkan mengenal makna
                    terseirat dalam sebuah puisi.

                         Adapun    dalam    ruang   lingkup   kesusastraan,
                    kebutuhan  metode Hermeneutik  sangat ditekankan.
                    Karena, tanpa interpretasi atau penafsiran, pembaca
                    mungkin tidak akan mengerti atau menangkap jiwa zaman
                    tempat kesusastraan itu dibuat (disusun). Hal ini ditegaskan
                    pula, baik oleh Gadamer. Derrida, maupun Ricoeur bahwa
                    tujuan  Hemeneutik  di  sisi  untuk  menemukan  progres
                    interpihak  yang  menyusun  kerangka  kerja  dalam  sebuah
                    teks, dan pihak lain  memiliki  mekanisme kerja naskah
                    mendeskripsikan  diri    keluar dari  memungkinkan  makna
                    teks yang muncul ke permukaan (Sumaryono, 1993:  29)
                    dalam (Widana  A.A.G.O., 2022).   Apabila  diperhatikan,

                                                                         29
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45