Page 38 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 38

Hermeneutika dan Semiotika dalam Puisi


                    yang  sentral, karena proses dan  dimensi  hidup  manusia
                    terkaver dalam Bahasa. Kempleksitas kehidupan manusia
                    dapat dipahami dan dinterpretasi melalui kecamata Bahasa
                    (Kaelan, 2009: 271).

                D.  Fonologi dalam Hermeneutika

                         Venhar  JWM  (2010)    fonologi  mengkaji  bunyi-bunyi
                    bahasa  spesifik    sesuai  fungsinya.  Fonologi  membedakan
                    bunyi-bunyi bahasa spesifik, dan fonem membedakan kata
                    seuai maknanya. Dengan demikian, fonologi adalah struktur
                    bahasa dan bersifat fungsional. Yule G (2014: 60) fonologi
                    adalah deskripsi system dan pola bunyi ujaran dalam sebuah
                    Bahasa. Fonologi adalah desain dasar setiap tipe bunyi yang
                    berperan sebagai dasar tetap dari semua variasi artikulasi
                    fisik  dan  tipe  bunyi  dalam  bermacam-macam  konteks.
                    Misalnya,  fonem, kelompok natural, fonotaktik,suku  kata,
                    kluster konsonan, efek loartikulasi, nasalisasi, dan ujaran
                    normal. Substruktur bahasa dalam fonologi terkait dengan,
                    fonem, fonem segmental dan suprasegmental, suku kata,
                    fonetik, vokal dan konsonan (Alwi H. dkk., (2003:47).

                E.  Morfologi Dalam  Hermeneutika
                         Kata morfologi diadaptasi dari kata morphology
                    dalam bahasa Inggris. Kata morphology berasal dari morph
                    yang memiliki arti ‘bentuk’  dan -logy  yang mengandung
                    arti ‘ilmu’. Secara harfiah, kata morfologi mengandung arti
                    ilmu tentang bentuk’ (Chaer 2003: 3). Dalam ilmu bahasa,
                    morfologi diartikan sebagai salah satu cabang  linguistik
                    atau ilmu bahasa yang mengkaji morfem dan kata. Morfem
                    dan kata merupakan dua satuan kebahasaan atau satuan
                    lingual  (linguistic unit)  dari seluruh  satuan kebahasaan
                    yang  umum dikenal.  Berikut  ini  dipaparkan  bagan  posisi
                    morfem. Seterusnya,  Alwi H., dkk., (2003: 28) menyebutkan
                    pembentukan  kata dalam Bahasa Indonesia, seperti
                    morfem, alamorf,  kata  dasar, analogi,  morfofonemik,
                    dan  afiksasi,  prefix,  infiks,  dan  konfiks.  Ilmu  morfologi
                    menyangkut struktur internal kata. Misalnya, kata “tertidur”.
                    Kata ini terdiri atas dua morfem, yaitu morfem terikat “ter”
                    dan morfem bebas “tidur”.

                                                                         27
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43