Page 119 - Quality Assurance of Blended and Online Learning : Standards and Implementation
P. 119
QUALITY ASSURANCE OF BLENDED & ONLINE LEARNING: STANDARDS AND IMPLEMENTATION
Kurangnya penekanan berbagai kerangka QA yang ada pada aspek 107
output sudah lama disebutkan oleh berbagai penelitian. Tait (1993) dan
disusul Scull et al. (2011) menyatakan bahwa diperlukan cara pandang
sistem untuk melihat dimensi kualitas yang dapat diukur secara integratif.
Ke depan, penjaminan mutu sebaiknya mengembangkan tolok ukur,
standar, kerangka kerja, dan model yang berfokus pada kualitas output,
tidak hanya menekankan kualitas input dan proses (Jung, 2022).
Gambar 3.2
Proporsi Jumlah Kriteria Per Aspek Mutu
Kerangka penjaminan mutu tampaknya juga kurang menekankan
aspek terkait isu globalisasi dan pendidikan lintas negara/transnasional
(Heiser, 2022). Berdasarkan analisis atas lima kerangka penjaminan mutu
(QA frameworks dari AAOU, COL, EADTU, QAA, dan IIOE-UNESCO), Heiser
(2022) menyimpulkan bahwa kriteria dan indikator yang dapat diartikan
sebagai penjaminan mutu proses internasionalisasi hanya 1,3% saja.
Hal ini menurut Hesier mungkin disebabkan oleh pendapat beberapa
orang bahwa indikator dan praktik mutu untuk mendukung strategi
internasionalisasi dapat digeneralisasi dan inklusif dalam semua aspek
pjj, bukan hanya pjj transnasional. Selain itu, internasionalisasi dan pjj
transnasional mungkin tidak menjadi prioritas untuk semua wilayah atau
konteks. Sebaliknya, kerangka penjaminan mutu yang yang dianalisis
memang mungkin telah dikembangkan sebagai alat bagi institusi untuk
memenuhi dan mengatasi kebutuhan lokal, seperti mengembangkan
infrastruktur sistem dan meningkatkan kapasitas untuk pendaftaran
siswa nasional. Hal ini terlihat dari dominannya kriteria dan indikator
pada aspek input (Heiser, 2022).
Namun, penyelenggaraan PJJ transnasional sebenarnya menuntut
kerangka jaminan mutu untuk mendukung praktik yang efektif dan memenuhi
harapan hasil pembelajaran yang beragam secara budaya sehingga kebutuhan