Page 276 - Science and Technology For Society 5.0
P. 276
~ Science and Technology for Society 5.0 ~ 239
alami maupun faktor pengaruh manusia. Faktor alami misalnya perpindahan
aliran sungai sehingga dua populasi yang terpisah menjadi tidak terpisah
lagi. Faktor pengaruh manusia yang menghilangkan pembatas alami bagi
hibridisasi dapat berupa adanya pemindahan suatu jenis makhluk hidup ke
daerah yang bukan habitat alaminya. Pemindahan itu dapat berlangsung
secara sengaja maupun tidak sengaja. Akibat perpindahan itu adalah dua
populasi yang terpisah secara geografis menjadi spesies simpatris dan dapat
mengalami hibridisasi.
Pada hewan yang dilindungi, adanya hibridisasi akan merugikan upaya
konservasi. Apabila ada suatu spesies yang terancam kepunahan mengalami
hibridisasi dengan spesies yang lebih melimpah, maka spesies yang
jumlahnya lebih sedikit akan dirugikan. Umumnya spesies yang jumlahnya
lebih sedikit akan kesulitan mencari pasangan, karena jumlah pasangan juga
terbatas. Hewan itu akan cenderung mencari pasangan dari spesies yang
berbeda. Karena itu, populasi spesies yang terancam kepunahan akan
tersaingi tidak hanya oleh spesies yang lebih banyak populasinya, tapi juga
akan tersaingi oleh spesies hibridanya (Frankham et al., 2010).
Hibridisasi dapat menguntungkan suatu spesies. Hibridisasi dapat
meningkatkan keanekaragaman genetik suatu populasi maupun spesies.
Contohnya adalah bila suatu hibridisasi menghasilkan kombinasi alel yang
berguna maka makhluk hasil hibridisasi menjadi memiliki kesesuaian yang
tinggi dengan habitatnya (Freeland et al., 2011). Contoh hibrida yang terjadi
di alam bebas adalah hibridisasi antara beruang grizzly dengan beruang
kutub di wilayah utara Kanada (Pongracz, Paetkau, Branigan, & Richardson,
2017). Contoh lain adalah adanya introgresi dari hibridisasi antara serigala
abu-abu dan coyote di Amerika Utara. Penelitian ini dilakukan dengan
mengamati SNP pada 84 ekor serigala abu-abu dan 56 ekor coyote
(vonHoldt, Kays, Pollinger, & Wayne, 2016).
Suatu hasil hibridisasi dapat juga menjadi awal bagi terbentuknya
spesies baru. Terbentuknya spesies baru ini berawal ketika hybrid
menghasilkan kumpulan beberapa genotipe yang bersifat heterogen. Dalam
populasi hybrid, terdapat juga variasi genotipe dan fenotipe yang lebih
banyak dari gabungan variasi pada kedua tetuanya. Keadaan ini disebut
segregasi transgresif. Lama kelamaan, adanya variasi ini akan membentuk
suatu populasi yang stabil dengan fenotipe tertentu (Freeland et al., 2011).
Populasi baru itulah yang akan memiliki ciri sebagai suatu spesies baru.
Newsome et al. (2017) membuat perkiraan bahwa hibridisasi antara coyote