Page 271 - Science and Technology For Society 5.0
P. 271

234  ~ Seminar Internasional FST UT 2021 ~


          PENDAHULUAN

             Paus biru (Balaenoptera musculus) merupakan makhluk hidup terbesar
          yang  terdapat  di  permukaan  bumi.  Panjang  ukuran  paus  biru  dewasa
          berkisar antara 26-33 meter. Bobot tubuhnya berkisar antara 50-150 ton.
          Dalam satu hari, satu ekor paus biru memakan 3,6 ton krill, sejenis udang
          renik  (Árnason,  Lammers,  Umar,  Nilsson,  &  Janke,  2018).  Paus  biru
          merupakan hewan yang sering bermigrasi. Indonesia merupakan salah satu
          wilayah migrasi paus biru yang juga mencakup wilayah perairan Australia.
          Pada  bulan  Maret  dan  April,  paus  biru  mulai  bermigrasi  dari  perairan  di
          sekitar sebelah barat kota Perth di bagian barat Australia menuju ke utara.
          Paus  biru  itu  bergerak  untuk  menuju  ke  perairan  Laut  Banda  di  Maluku
          (Double  et  al.,  2014).  Keberlangsungan  paus  biru  di  perairan  Indonesia
          merupakan bagian dari konservasi biodiversitas di Indonesia.
             Paus biru merupakan hewan yang terancam kepunahan. Selama abad
          ke-20, terjadi perburuan paus biru, yaitu ketika perkembangan teknologi
          memungkinkan  untuk  menangkap  jenis  paus  ini  (Branch,  Matsuoka,  &
          Miyashita, 2004). Diperkirakan jumlahnya sekitar 300.000 ekor pada awal
          abad 20, yaitu sebelum terjadi perburuan. Pada saat ini, jumlah paus biru
          diperkirakan  adalah  5.000  –  15.000  individu  dewasa  (Cooke,  2018).
          Diperkirakan  bahwa  populasi  ini  adalah  1%  dari  populasi  awal  sebelum
          terjadi perburuan (Branch et al., 2004).
             Satu  masalah  penting  dalam  konservasi  paus  biru  adalah  hibridisasi.
          Pada  umumnya,  keturunan  hasil  hibridisasi  bersifat  infertil,  namun
          terjadinya  hybrid  antara  paus  biru  dan  paus  sirip  yang  bersifat  fertil
          merupakan fenomena yang dapat berpengaruh pada konservasi paus biru.
          Penelitian yang dilakukan Spilliaert et al. (1991) menunjukkan adanya sifat
          fertil pada individu hasil hibrida antara paus biru dan paus sirip. Spilliaert et
          al.  (1991)  menemukan  adanya  paus  yang  terdampar  dalam  keadaan
          bunting. Berdasarkan uji DNA, diketahui bahwa paus tersebut adalah hibrida
          antara  paus  biru  dan  paus  sirip.  Embrio  yang  ada  dalam  paus  tersebut
          diketahui hasil perkawinan betina hibrida itu dengan paus biru jantan. Ini
          menunjukkan bahwa ada paus hibrida dari persilangan antara paus biru dan
          paus  sirip  yang  bersifat  fertil  (Spilliaert,  1991).  Adanya  sifat  fertil  ini
          menimbulkan dugaan bahwa sebagian individu paus biru bukan merupakan
          paus  biru,  melainkan  individu  hibrida  yang  kemurnian  genetisnya
          meragukan.
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276