Page 274 - Science and Technology For Society 5.0
P. 274

~ Science and Technology for Society 5.0 ~  237


               PEMBAHASAN

               1.  Tinjauan tentang Ekologi Molekuler dan Genetika Konservasi
                   Saat  ini  ekologi  dan  konservasi  mulai  menerapkan  ilmu  genetika,
               khususnya  genetika  molekuler.  Ekologi  molekuler  merupakan  penerapan
               dari  prinsip  genetika  populasi  dan  genetika  molekuler  untuk  mengatasi
               masalah  ekologi  (DeWoody  et  al.,  2010).  Konsep  ini  juga  berhubungan
               dengan  genetika  konservasi,  yaitu  pemanfaatan  ilmu  genetika  untuk
               konservasi  mahluk  hidup  (Frankham  et  al.,  2010).  Dalam  tulisan  ini,
               penelitian dari Attard et al. (2012) dan Barlow et al. (2018) menunjukkan
               pentingnya genetika molekuler untuk konservasi paus biru.
                   Beberapa metode molekuler yang digunakan dalam ekologi molekuler
               adalah  analisis  Polymerase  cCain  Reaction  (PCR),  elektroforesis,  Next
               Generation  Sequencing  (NGS).  PCR  berguna  untuk  mengisolasi  dan
               memperbanyak urutan pasangan basa pada suatu segmen DNA tertentu,
               dari keseluruhan genom  makhluk tersebut. Untuk mengatasi kekurangan
               metode  PCR,  dikembangkan  teknologi  quantitative  PCR  (qPCR)  atau  real
               time PCR yang dapat mengetahui jumlah DNA yang diamati. Metode qPCR
               dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana perubahan dalam ekspresi
               gen dapat mempengaruhi terbentuknya sifat fenotipe tertentu (Freeland et
               al., 2011).
                   Bidang ekologi molekuler banyak mengandalkan marker genetic untuk
               mengamati suatu populasi. Marker genetic dapat berguna untuk mengukur
               hubungan kekerabatan antar makhluk hidup yang berbeda berdasarkan alel
               tertentu,  yang  mungkin  sudah  berlangsung  selama  ribuan  generasi.
               Lammers,  Blumer,  Rücklé,  &  Nilsson  (2019)  dan  Arnasson  (2018)  dapat
               mengukur perbedaan komposisi genetik beberapa spesies paus balin dan
               memperkirakan berapa lama sudah terjadi introgresi antara paus biru dan
               spesies lain selama ribuan tahun.
                   Salah satu marker genetic misalnya DNA mitokondria (mtDNA). mtDNA
               terdiri  atas  13  gen  penghasil  protein,  22  tRNA,  dan  2  rRNA.  mtDNA
               diwariskan dari ibu ke anak, karena itu mtDNA tidak mengalami rekombinasi
               dan bersifat sebagai haplotype tunggal (Freeland et al., 2011; Hartl, 2020).
               Penelitian  yang  dilakukan  Attard  et  al.  (2012),  Barlow  et  al.  (2018)  dan
               Sremba, Hancock-Hanser, Branch, LeDuc, & Baker (2012) misalnya adalah
               berdasarkan pada pengamatan mtDNA paus biru.
   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279