Page 281 - Science and Technology For Society 5.0
P. 281
244 ~ Seminar Internasional FST UT 2021 ~
“bottleneck”, yaitu menurunnya keanekaragaman genetik suatu spesies
karena terjadi penurunan populasi secara mendadak, sehingga populasi
yang tersisa tidak memiliki keseluruhan variasi gen ada pada spesies itu.
(Hartl, 2020; Pierce, 2020). Beberapa penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa paus biru memiliki keanekaragaman yang rendah
(Attard et al., 2012; Barlow et al., 2018; Torres-Florez, 2014), walaupun
Sremba et al. (2012) menunjukkan tingginya keragaman genetik yang tinggi.
Umumnya penelitian tersebut dilakukan pada populasi di suatu daerah
tertentu,
Penelitian yang dilakukan Sremba et al. (2012) bertujuan menganalisis
keberagaman dan diferensiasi mtDNA paus biru di Antartika/Kutub Selatan.
Hasil pengamatan pada haplotype mtDNA ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan antara populasi paus biru di Antartika dengan populasi paus biru
di lautan Hindia dan lautan Pasifik Tenggara. Hasil analisis pada mtDNA
menunjukkan bahwa terdapat 52 haplotipe yang unik dengan keragaman
(diversitas) sebesar 0,968. Diversitas ini menunjukkan tingginya diversitas
mtDNA. Akan tetapi 52 haplotipe tersebut menunjukkan frekuensi yang
rendah. Tingkat diversitas haplotype menunjukkan bahwa keanekaragaman
genetik paus biru di Antartika tetap tinggi. Sremba et al. (2012)
membandingkan tingginya keanekaragaman haplotype ini dengan
keanekaragaman haplotype pada paus bungkuk (humpback whale).
Keanekaragaman ini tetap tinggi walaupun terjadi penurunan populasi dari
sejak awal abad ke 20 sampai tahun 1972 ketika penangkapan mulai
dilarang. Populasi paus biru di Antartika ini terhindar dari menurunnya
keanekaragaman genetik karena peristiwa bottleneck. Menurut Sremba et
al. (2012), adanya keanekaragaman genetik diperkirakan karena panjangnya
usia paus biru, sehingga masih dapat terus berkembang biak dalam waktu
yang lama. Individu yang hidup pada masa bottleneck diperkirakan masih
hidup dan terus berkembang biak pada masa pengambilan sampel, yang
dimulai pada tahun 1990.
Sremba et al. (2012) juga menyatakan bahwa walaupun diversitas
haplotype cukup tinggi, yaitu 0,968, jumlah haplotype termasuk rendah.
Rendahnya jumlah haplotype ini dilihat dari perbandingan adanya 542
haplotipe dibandingkan dengan adanya 68 haplotipe dari 98 sampel paus
kepala busur/bowhead whale (Balaena mysticetus), atau 83 haplotipe dari
119 sampel paus minke (Balaenoptera bonaerensis). Perbandingan jumlah
haplotype dengan paus Minke dianggap Sremba et al. (2012) cukup penting