Page 63 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 63

pemangsa yang diintroduksi dari seluruh kawasan dirasakan sangat sulit.
               Berbagai alternatif penyelesaian ditawarkan dan akhirnya disetujui, yakni
               dengan  menempatkan  Kakapo  dalam  pulau-pulau  kecil  yang  tidak
               memiliki  pemangsa.  Pada  tahun  1975  ditemukan  tiga  pulau  kecil yang
               relatif  aman  dari  predator  mamalia,  dan  pulau-pulau  tersebut  sesuai
               sebagai  habitat  burung  Kakapo.  Secara  komprehensif  dilakukan  upaya
               perlindungan  dan  pengelolaan  Kakapo  di  dalam  habitat  alaminya  ini
               selama  kurang  lebih  30  tahun.  Tujuan  pengelolaan  tersebut  meliputi:
               memaksimalkan  kelangsungan  hidup  telur  dan  anakan  yang  dihasilkan
               secara  alami,  meningkatkan  frekuensi  berbiak  pada  Kakapo,  dan
               mengelola keanekaragaman genetik untuk mengatasi masalah fekunditas
               dan penetasan yang rendah (Merton, 2006).
                   Sistem pengelolaan burung Kakapo akhirnya membuahkan hasil sejak
               dinyatakan  statusnya  kritis  pada  tahun 1990-an. Semenjak tahun 1995,
               jumlah burung Kakapo telah meningkat hingga 68% dan kini terdapat 86
               individu  yang  bertahan  hidup  di  alam  (Merton,  2006).  Kunci  utama
               keberhasilan  pembentukan  populasi  baru  ini  adalah  menempatkan
               spesies  tersebut  pada  habitat  sesuai  yang  belum  dihuni,  atau  bahkan
               menciptakan habitat yang baru sama sekali.

               PERSYARATAN KEBERHASILAN PROGRAM REINTRODUKSI

                   Program-program  yang  berorientasi  pada  pembentukan  populasi
               baru  merupakan  hal  yang  cukup  sulit  dan  memerlukan  biaya  besar,
               karena pada kegiatan tersebut diperlukan komitmen penuh untuk kurun
               waktu  yang  relatif  lama.  Contoh,  program  untuk  menangkap,
               membesarkan,  memantau,  dan  melepas  spesies  langka  seperti  burung
               Condor dari California, “Peregrine falcon”, dan “Black footed ferrets” di
               Amerika Serikat, dan juga Orangutan di Sumatera dan Kalimantan telah
               menelan biaya jutaan dolar dan waktu kerja bertahun-tahun.
                   Keputusan memulai program reintroduksi seringkali membangkitkan
               emosi  masyarakat  luas,  bahkan  di  Amerika  Serikat sekalipun, program-
               program  demikian  sering  mendapat  kritikan  karena  dianggap
               menghamburkan  uang  jutaan  dolar  AS  hanya  untuk  beberapa  ekor
               burung yang jelek. Sementara alasan yang lain adalah keberadaan hewan
               tersebut  tidak  diperlukan  lagi  karena  di  tempat  lain  sudah  banyak
               misalnya untuk kasus perlindungan serigala; dianggap program tersebut

                               Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City    47
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68