Page 241 - Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi Untuk Mewujudkan Smart City
P. 241
(Kemenkes RI, 2015). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering
terjadi, dengan case fatality rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun
2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian
30 orang (CFR 2,47%) (Kemenkes RI, 2015). CFR pada KLB tahun 2015
tersebut juga cenderung meningkat dibandingkan CFR tahun 2010
yaitu 1,74 % (Depkes RI, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO), diare didefinisikan
sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu tiga kali atau
lebih dalam sehari. Diare biasanya merupakan bagian dari gejala
infeksi saluran intestinal, yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
bakteri, virus, atau organisme parasit. Infeksi ini disebarkan melalui
kontaminasi makanan ataupun minuman, atau dari orang ke orang
(WHO, 2017). Riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan RI menunjukkan bahwa angka diare pada anak-anak dari
rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum
tercatat 34% lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari rumah
tangga yang menggunakan air ledeng. Selain itu, angka diare lebih
tinggi sebesar 66% pada anak-anak dari keluarga yang melakukan
buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada
rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi dan septik tank (Depkes
RI, 2011).
Manajemen sanitasi dan air yang tidak adekuat di perkotaan serta
adanya limbah industri dan pertanian menjadikan air minum dari
jutaan penduduk terkontaminasi. WHO (2015) memperkirakan bahwa
dari semua kasus diare dapat disebabkan karena air minum yang tidak
adekuat (34%), sanitasi (19%), dan hygiene (20%) (Permatasari &
Sinuraya, 2016). Oleh karena itu disebutkan bahwa area intervensi
yang secara signifikan dapat mencegah kejadian diare adalah melalui
ketersediaan air yang layak, serta sanitasi dan higiene yang memadai
(WHO, 2016; Pruss-Ustun, dkk., 2016). WHO juga menambahkan
bahwa kematian dari 361.000 anak di bawah usia lima tahun setiap
tahunnya dapat dihindari jika keberadaan faktor risikonya dapat
(WHO, 2016). Sehingga melalui suplai air bersih yang sehat,
Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi untuk Mewujudkan Smart City 225