Page 380 - Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (Di dedikasikan kepada DR. Setijadi, M.A)
P. 380
tral, begitu juga bahan belajar pada Universitas Terbuka juga dirancang
dan diterbitkan secara sentral di Jakarta.
Saat Universitas Terbuka diresmikan bulan September 1984, kebetul-
an saya sedang mendapat undangan dari The British Council untuk mengi-
kuti kunjungan ke lnggris yang sedang memperkenalkan Micro-electro-
nic Education Project, sebagai kegiatan yang trendy di sana. Salah satu
obyek yang dikunjungi adalah The Open University. Be rita peresmian
Universitas Terbuka terdengar juga oleh mereka. Salah seorang dari
mereka bertanya berapa mahasiswa yang digarap oleh UT pada tahapan
awal itu. Mereka terkejut ketika saya sebutkan bahwa sasarannya waktu
itu adalah 40 ribu orang! Angka sebesar itu tidak masuk akal mereka
untuk tahap permulaan sebuah lembaga seperti itu. Yah, tetapi memang
dalam banyak hal kita berbeda.
Delapan Tahun Kemudian
Prof. Setijadi bertugas selama dua periode sebagai Rektor UT, dari
saat-saat perintisan yang penuh dengan perjuangan dan kerja keras sam-
pai universitas itu dapat beroperasi sebagai lembaga yang tangguh. Tahun
1992 saya diberi tugas oleh Menteri Fuad Hasan untuk menggantikan Prof.
Setijadi yang habis masa jabatannya. Sebuah kampus sebagai kantor pusat
di Pondok Cabe dengan laban sekitar 10 ha telah berdiri. Kerjasama UT
dengan PT-Pos untuk proses pelayanan registrasi telah berjalan lancar.
Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) di 32 kota yang mempunyai
Perguruan Tmggi Negeri sudah beroperasi, meskipun dengan fasilitas yang
sangat sederhana, bahkan kadang-kadang menyedihkan wujudnya. UT
menawarkan tidak kurang dari 500 rnatakuliah yang tiap akhir semester
harus diujikan. Jumlah mahasiswa yang terdaftar aktif dan harus dilayani
ketika itu sudah mendekati angka 200 ribu orang yang tersebar di seluruh
Indonesia. Sebuah manajemen yang bukan main besar tantangannya.
393