Page 377 - Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (Di dedikasikan kepada DR. Setijadi, M.A)
P. 377

Dalam  merencanakan  keperluan  pertambahan  SMP,  kami  membuat
            resep  sebagai  berikut.  Dengan cara kohort diperhitungkan,  tahun demi
            tahun,  berapa jumlah  murid  kelas  6  Sekolah  Dasar.  Jika  hasrat  untuk
            melanjutkan sekolah ke  SMP itu kuat, barangkali masyarakat akan puas
            bila sekitar 85 % dari yang akan tamat nanti dapat ditampung pada kelas
            satu  SMP.  Jadi,  perlu  tersedia  tempat di  kelas  satu  SMP sejumlah  itu.
            Hanya  saja,  karena  SMP  belum  menjadi  sasaran  sekolah  wajib,  maka
            masih  ada  harapan  bahwa  sektor swasta  tetap  akan  ikut  mengusahakan
            berdirinya SMP baru.  Oleh karena  itu,  yang  kami  rancang  adalah  agar
            pemerintah mengupayakan sekitar 50% dari tambahan daya tampung yang
            perlu disediakan itu. Sisanya diharapkan ditangani oleh swasta.
               Selama beberapa tahun, kebijakan semacam itu sejak 1977, tampaknya
            'sasaran'  tersedianya  tambahan  daya  tampung  seperti  yang  diharapkan
            tersebut dapat terwujud mendekati angka perkiraan. Artinya, sektor swasta
            pun cukup berpartisipasi dengan menyedialcin 50% dari sasaran, mengisi
            kekurangan dari sasaran yang akan didukung oleh dana pemerintah. Tentu
            saja  yang  harus  kami  pikirkan  bukan  hanya  gedung  sekolahnya  saja,
            melainkan juga penyediaan gurunya, dan bahan bela  jar lainnya seperti buku
            pelajaran pokok dan alat-alat laboratorium.
               Peta kelanjutan bela  jar dari jenjang SMP ke jenjang SMA juga dilakukan
            dengan model perencanaan yang serupa. Tetapi, tentu saja sasaran angka
                                                               ·-
         1  transisi bukan 85 % melainkan sekitar 60%, sebab masih aQftdaya tampung
          1
        1: ;  lain di jenjang menengah atas, yaitu Sekolah Menengah K;juruan. Dengan
          I  peta daya  tampung semacam itu,  pada awal  dasawarsa 80-an itu tamatan
         '  SMA sudah mencapai angka sekitar 600 000 orang setahunnya.
              Sektor Pendidikan Tinggi tentunya tidak mengikuti pola yang kami anut,
            sebab  memang  bukan  maksudnya  bahwa  setiap  tamatan  SMA  akan
            melanjutkan ke perguruan tinggi. Sasaran kurikulum SMA waktu itu juga
            bukan sekolah persiapan untuk perguruan tinggi,  melainkan pendidikan

                                          390
   372   373   374   375   376   377   378   379   380   381   382