Page 124 - Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (Di dedikasikan kepada DR. Setijadi, M.A)
P. 124

menyoroti upaya yang dapat dilakukan oleh program pendidikan luar se-
          kolah,  terutama  program  kesetaraan sekolah dasar  (Paket  A),  dan pro-
          gram kesetaraan sekolah lanjutan tingkat pertama (Paket B) untuk men-
          dukung terlaksananya program wajib belajar pendidikan dasar secara kon-
          sekwen. Untuk itu makalah ini secara berturut-turut akan membahas: (1)
          Tingkat partisipasi, efisiensi, dan retensi pendidikan pada sekolah dasar
          dan  faktor  yang  menyebabkannya;  (2)  Tingkat  transisi  dan  efisiensi
          pendidikan ke/dan pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan faktor pe-
          nyebabnya; (3)  Peranan program Paket A  dan program Paket  B sebagai
          pendukung pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun;  dan (4) Beberapa ke-
          simpulan dan saran.


          Tingkat Partisipasi, Efisiensi, dan Retensi pada Sektor Sekolah
          Dasar
             Dengan dicanangkan wajib belajar oleh Bapak Presiden RI Soeharto,
          pada  tahun  1984, kini tingkat partisipasi anak usia SD yang  bersekolah
          sudah mencapai di atas 95% (data tentang ini berbeda antara satu sumber
          dengan sumber lainnya). Untuk itu kepada Kepala Kandep Kabupaten dan
          kepada  Kepala  Dinas  perlu  bekerjasama  untuk  dapat  memverifikasikan
          angka  yang  tepat  sebagai  dasar  perencanaan.  Dalam  pada  itu  jumlah
          mereka  yang  meninggalkan  sekolah  sebelum  waktunya  (putus  sekolah)
          diperkirakan 4,1 % (data tahun 1991 Biro Perencanaan). Sedangkan mereka
          yang menyelesaikan sekolah (retention rate) adalah 75 %. Angka-angka ini
          adalah  angka  rata-rata  nasional.  Sedangkan  perbedaan  antara  daerah
          demikian  besar. Sebagai  ilustrasi untuk angka  retensi ada propinsi  yang
          sudah mencapai 93% seperti DIY, dan 92% seperti DKI Jakarta, di samping
          itu ada yang di bawah 50% seperti NTB dan NIT.
             Dari data yang disajikan dalam alinea 03  nampak bahwa sekitar 25%
          dari setiap kelompok angkatan yang  memasuki sekolah,  putus di  tengah

                                         118
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129