Page 126 - Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (Di dedikasikan kepada DR. Setijadi, M.A)
P. 126
mencapai angka transisi 95% seperti OKI, di samping masih ada yang
baru sekitar 45%. Oalam pada itu pada setiap propinsi ada perbedaan
antar kabupaten. Sebagai contoh untuk sebuah propinsi dengan angka
transisinya 45%, di dalamnya ada kabupten yang angka transisinya baru
sekitar 21 %. Karena itu dalam merencanakan pengembangan program
pendidikan dasar 9 tahun perlu didasarkan atas data dari tingkatan kabupa-
ten. Atas dasar angka transisi ini jelas bahwa angka partisipasi untuk se-
kolah lanjutan tingkat pertama belum mencapai 50%. Karena angka
partisipasi kalau 100% anak usia 7 tahun masuk SO dengan angka retensi
75% dan transisi 65% dari 65%. Angka transisi yang demikian dan otoma-
tis menjadi angka partisipasi yang rendah ini keadaannya ditambah de-
ngan lebih tingginya angka putus sekolah pada SLTP daripada sekolah da-
sar. Kalau pada SO angka putus sekolah 4,1%, pada SLTP angkanya
mencapai 6,5%.
Kenyataan bahwa tidak semua lulusan SO melanjutkan ke SLTP dan
tidak semua siswa SLTP menyelesaikan pendidikannya merupakan tan-
tangan yang harus diatasi agar rencana wajib belajar pendidikan dasar 9
tahun dapat dilaksanakan secara konsekuen, artinya paling tidak mem-
berikan kesempatan kepada lulusan SO dan lulusan pendidikan yang se-
tara untuk dapat mengikuti pendidikan SLTP. Untuk itu berbagai interven-
si perlu dilakukan, baik dengan jalan meringankan beban orangtua dalam
menyekolahkan anaknya ke SLTP maupun dengan mengembangkan
program-program setara agar cita-cita memberikan pendidikan minimal
pendidikan dasar 9 tahun kepada warga negara Indonesia dapat tercapai.
Oisadari bahwa faktor ekonomi dan geografi tetap merupakan pengham-
bat utama bagi kurang dapat ditingkatkan angka transisi dari SO ke SLTP.
Karena itu upaya untuk meringankan beban keuangan orangtua memberi-
kan pendidikan kepada mereka yang sukar mengikuti pendidikan secara
teratur perlu dilaksanakan. Oi samping itu rendahnya perbedaan pengha-
120