Page 33 - Pendidikan Terbuka Untuk Indonesia Emas
P. 33
1. Pendidikan Terbuka dan Modal Insani Indonesia
Konsep ‘jarak’ ini kemudian berkembang tidak hanya pada
jarak fisik, tetapi juga jarak sosial. Eric Hoffer (1955), seorang
filsup Amerika, menggambarkan tentang arti kata ‘kaya atau
berada’. Menurutnya,
“The real “haves” are they who can acquire freedom, self-
confidence, and even riches without depriving others of them.
They acquire all of these by developing and applying their
potentialities. On the other hand, the real “have nots” are they
who cannot have aught except by depriving others of it. They
can feel free only by diminishing the freedom of others, self-
confident by spreading fear and dependence among others,
and rich by making others poor”.
Keinginan untuk menjembatani ‘jarak’ inilah yang kemudian
melahirkan berbagai inisiatif global yang saling berkaitan,
terkadang seperti tumpang tindih, namun pada akhirnya
saling menunjang dan menguatkan. Pendidikan Terbuka
sebagai suatu konsep menjadi sangat kompleks dan terdiri dari
berbagai dimensi. Model penyelenggaraan seperti sekolah
terbuka dan universitas terbuka, serta berbagai gagasan,
inisiatif, dan movements seperti open movements (source
software, open content, open courseware, open licensing, dan
open educational resources movements) telah secara langsung
maupun tidak langsung mempercepat akselerasi pengenalan
dan adopsi konsep Pendidikan Terbuka oleh masyarakat global.
Walaupun kompleks, konsep pendidikan terbuka berhasil
mendapatkan tempat di hati para tokoh pendidikan dan para
pengambil keputusan di seluruh dunia.
Walaupun sistem pendidikan jarak jauh telah mulai sejak
pertengahan abad 19 (Belawati, 2019), pendidikan jarak jauh
sebagai sistem implementasi Pendidikan Terbuka mulai dikenal
secara luas sejak pendirian universitas terbuka pertama di
23