Page 47 - Institusi Pendidikan Tinggi Di Era Digital: Pemikiran, Permodelan, Dan Praktik Baik
P. 47
34 Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital: Pemikiran, Permodelan dan Praktek Baik
availability and organizational boundaries (Kuratko & Montagno, 1999;
Kuratko, 2005; Diefenbach, 2011). Dimana faktor-faktor tersebut dapat
menjadi prediktor penting terbentuknya perilaku entrepreneurial dalam
organisasi (Covin & Slevin, 1991; Hornsby, 2009).
Selain faktor organisasi, terbangunnya corporate entrepreneurship
karena concern institusi terhadap environment. Dengan kondisi pasar yang
turbulence dan dan timbulnya dinamisme dalam lingkungan bersifat
heterogen, maka lingkungan dapat menjadi determinan penting dari
corporate entrepreneurship. Hasil studi beberapa ahli (Miller, 1983; Lumpkin
and Dess, 1996; Floyd and Lane, 2000; Kuratko, 2005) dapat menjelaskan
beberapa hal berkaitan dengan lingkungan seperti: a) peran middle manajer
sangat penting dalam membangun competitive environtment, dan b)
konstruk lingkungan seperti dynamism, complexity dan industry
characteristics. Hasil dari beberapa riset tersebut dapat digunakan sebagai
dasar untuk mengajukan dua proposisi berikut:
Proposisi 1 (P1): Sukses membangun corporate entrepreneurship
memerlukan dukungan organisasi yang mampu bertindak
strategis dan solid.
Proposisi 2 (P2): Sukses membangun corporate entrepreneurship menuntut
keberadaan institusi yang mampu melakukan
penyesuaian terhadap dinamisme dan turbulence
lingkungan.
Untuk dapat menjadi entrepreneurial university, maka orientasi
pembelajaran harus terbangun kuat. Menurut Peter Senge (2006) orientasi
pembelajaran merupakan suatu kondisi dalam organisasi dimana setiap
anggotanya secara terus menerus meningkatkan dan memperluas
kemampuannya untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka
inginkan, dimana pola berpikir baru dan ekspansif ditumbuhkan, aspirasi
bersama dibiarkan secara bebas, dan anggota-anggotanya secara terus
menerus belajar. Ada tiga nilai penting yang dapat membentuk orientasi
pembelajaran yaitu: 1) komitment organisasi yang berkeinginan kuat untuk
tetap sebagai anggota organisasi tertentu yaitu dalam bentuk keyakinan,
penerimaan nilai dan tujuan organisasi. 2) kebersamaan dalam visi,
merupakan kondisi yang mampu menyatakan arah yang membawa anggota
kelompok pada pencapaian tujuan dan niat yang sama untuk mewujudkan
visi tersebut dan 3) keterbukaan menerima pemikiran baru, merupakan