Page 44 - Pembelajaran Online (Edisi 2)
P. 44
BAB 03 PEDAGOGI & INTERAKSI
DALAM PEMBELAJARAN ONLINE
Seperti telah disebutkan di muka, konektivisme memandang konsep
belajar dalam konteks era digital dimana berbagai sumber belajar
telah saling terkoneksi secara elektronik. Lebih jauh, Downes (2007)
menjelaskan bahwa dalam konektivisme tidak ada konsep transfer
ilmu pengetahuan ataupun menciptakan ilmu pengetahuan. Kaum
konektivisme meyakini bahwa ilmu pengetahuan merupakan hasil
interaksi yang terjadi dalam simpul-simpul jejaring informasi,
sehingga pengertian ‘belajar’ lebih kepada pengembangan diri
sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan.
‘In connectivism, a phrase like “constructing meaning” makes
no sense. Connections form naturally, through a process of
association, and are not “constructed” through some sort
of intentional action. ………………….. Hence, in connectivism,
there is no real concept of transferring knowledge, making
knowledge, or building knowledge. Rather, the activities we
undertake when we conduct practices in order to learn are
34 35
more like growing or developing ourselves and our society
in certain (connected) ways.’ (hal. 1)
Senada dengan Downes, sebelumnya Siemens (2005) menyatakan
bahwa pengetahuan terbentuk dengan sendirinya sebagai akibat
dari aliran informasi di luar diri seseorang. Arti “belajar” oleh karena
itu dipahami sebagai suatu kemampuan seseorang individu untuk
menemukan dan ‘masuk’ ke dalam arus informasi dan mengikuti
informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kata lain,
Siemens berpendapat bahwa ‘belajar’ bukan lagi suatu proses
internal yang terjadi dalam seorang individu, tetapi lebih kepada
pengetahuan yang dapat dieksekusi dan berada di luar diri kita (bisa
pada suatu organisasi ataupun pada suatu basis data): “….Learning
[is] defined as actionable knowledge can reside outside of ourselves
(within an organization or a database” Pada intinya menurut
Downes (2007), konektivisme menilai bahwa pengetahuan itu