Page 41 - Pembelajaran Online (Edisi 2)
P. 41
BUKU PEMBELAJARAN ONLINE
3. Konektivisme
Konektivisme merupakan faham yang masih relatif baru dan
diperkenalkan oleh George Siemens dan Stephen Downes pada
pertengahan tahun 2000an. Mereka menyatakan bahwa di era
teknologi informasi ini, dimana berbagai perangkat komunikasi
telah saling terkoneksi dalam suatu jejaring global, proses
belajar justru terjadi pada titik-titik (nodes) jejaring (network)
di luar individu peserta didik. Secara spesifik, Downes (2007)
mendefinisikan ‘belajar’ sebagai proses membentuk jejaring
informasi, kontak, dan sumberdaya informasi yang relevan
dengan masalah-masalah riel. Jadi, pengertian belajar ini
berfokus pada menciptakan dan memelihara koneksi jejaring
sehingga up-to-date dan cukup fleksible sehingga bisa terus
diterapkan sesuai dengan kebutuhan untuk pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi.
Konektivisme berasumsi bahwa pada era ini informasi begitu
30 31
berlimpah sehingga peserta didik tidak perlu mengingat
semuanya, tetapi harus memiliki kapasitas untuk menemukan
dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan pada saat dan di mana
mereka memerlukannya. Hal yang perlu dicatat adalah bahwa
konektivisme ini mengasumsikan bahwa setiap peserta didik
sudah terkoneksi satu sama lain melalui jaringan internet, dan
mereka juga dapat mengakses berbagai artifak dan materi digital
kapan saja, dimana saja. Di beberapa belahan dunia, kondisi
interkonesitas ideal ini tentu saja saat ini belum seluruhnya
dapat dipenuhi sehingga paham konektivisme juga menjadi
kurang pas. Namun demikian, sebagai suatu teori, konektivisme
ini mendapatkan pengakuan yang semakin luas seiring dengan
perkembangan aksesibilitas masyarakat terhadap jejaring global
internet.