Page 378 - Cakrawala Pendidikan
P. 378
Pendidikan ...
diinginkannya; kedua, sebesar 34% percaya bahwa pemerintah
perlu melarang sebagian orang untuk berbicara; ketiga, sebesar
26% percaya bahwa polisi perlu diijinkan untuk menggeledah
rumah seseorang tanpa jaminan; keempat, sebesar 25%
merasakan bahwa beberapa kelompok tidak perlu diijinkan
mengadakan pertemuan. Hasil penelitian ini dinilai merupakan
salah satu petunjuk kegagalan "social studies" yang pada saat
itu memang masih bersifat "content-centered" dan dengan
dominasi pendekatan "expository", dan sekaligus memberi indikasi
perlunya perubahan pembelajaran "social studies" menjadi
pembelajaran yang berorientasi kepada " the integrated, reflective
inquiry, and problem-centered"(Barr, dkk;41-42). Kesemua itu
telah memperkuat munculnya gerakan "the new social studies".
Gerakan "the new social studies" yang menjadi pilar dari
perkembangan "social studies" pada tahun 1960-an, bertolak dari
kesimpulan bahwa "social studies" sebelumnya dinilai sangat tidak
efektif dalam mengajarkan substansi dan mempengaruhi
perubahan sikap siswa. Oleh karena itu para ilmuwan, dalam hal
ini sejarahwan dan ahli ilmu-ilmu sosial bersatu padu untuk
bergerak meningkatkan "social studies" kepada tarap " higher level
of intellectual pursuit" (Barr, dkk, 1977:42) yakni mempelajari ilmu
sosial secara mendasar. Dengan orientasi baru tersebut maka
dimulailah era modus pembelajaran "social science education".
Gerakan tersebut dipacu lebih kuat oleh pemikiran Jerome Bruner
dalam bukunya "The Process of Education" yang dengan tegas
berargumentasi bahwa "any subject can be taught effectively in
some intellectually honest form to any child at any stage of
development" (Barr, dkk, 1977:43). Pandangan 1n1 sangat
mempengaruhi pikiran dan sikap para sejarahwan dan ahli ilmu
sosial, dan mereka berargumentasi, mengapa harus bersusah
payah mengembangkan "social studies", toh konsep, generalisasi,
teori, dan prosedur, serta model disiplin akademik dapat diajarkan
kepada anak dari berbagai tingkat usia sekolah.
Atas dasar postulat tersebut, pada akhirnya para sejarahwan, ahli
ilmu sosial, dan pendidik sepakat untuk melakukan reformasi
"social studies" dengan menggunakan cara yang berbeda dari
sebelumnya. Pendekatan tersebut adalah dengan melalui proses
371