Page 34 - Cakrawala Pendidikan
P. 34

Winamo Surakhmad


          berkemampuan  mengadakan  penelitian.   Karena  itu,  di  dalam
          aktivitas  mengajar,  mereka  hanya  menjadi  pemakai  ilmu,  bukan
          penghasil  ilmu.  Bar1aya  Iaten  (aktual?}  yang  dapat  terjadi  di  sini
          ialah  apabila  staf pengajar  yang  hanya  mengonsumsi  ilmu.  tanpa
          sadar  hanya  mengonsumsi  ilmu-ilmu  yang  bukan  saJa  sudah
          terlewat  usang,  tetapi  juga  sudah  tidak  relevan,  bahkan  mungkin
          sudah salahl
          Sejarah  perkembangan  universitas  di  Indonesia,  pada  hakikatnya
          memang  bukan  sejarah  pengembangan  ilmu,  tetapi  lebih  tepat
          dil1hat  sebaga1  seJarah  pengawetan  ilmu  Kecuali  tidak  ada  rlmu-
          iirnu  baru  yang  lahir.  ilmu-ilrnu  (dari  luar)  yang  sudah  ada  sajalah
          yang  dipertahankan  dari  wahtu  ke  waktu.  dari  generasi  ke
          generasi.  Oi   nc~:a' j-negara  Barat.   kita  dapat  rnenemukan
          para:e:;rsme  an tar a  ;Jerkembangan  teknologi  dan  penemuon-
          uenemL;an  l1aru        aktivitas         dan  eksperimenlasi
          !imiah  ya;lg  ie~jadi  di  dalam  universitas.  kita  ballkan  dapat
          m<3riy.mpulkan  bahvva  perkembangan  teknoiogi  dan  modernisasi
          masyarakat  sangat  drbantu  oleh,  dan  juga  bersumber  dari.  ilmu-
          ilmu  yang  dikembangkan  di  universitas,  atau  melalui  kerJasama
          dengan  universitas.  Tidak  demikian  halnya  dengan  Indonesia.
          Sejak kurang  iebih  tiga dekade  yang  la!u,  sampai  sekarang,  ketika
          pertumbuhan  unrversrtas  mulai  memperlihatkan  peningkatan  yang
          signifikan.   pertumbuhan   tersebut   patut   dicatat   sebagai
          pertumbuhan  kuantitas  saja:  tidak  berarti  apa-apa  di  dalam
          peningkatan  kualitas.  Mungkin  tidak  terlalu  mencari-cari  apabila
          dipertanyakan  mengapa,  ketika  universitas  di  Indonesia  sudah
          sebegitu  banyak  meluluskan  sarjana.  tidak  muncul-muncul  juga
          pemikir-pemikir  handal  di  dalam  mengatasi  dampak  krisis  yang
          terjadi dewasa ini.  Conflict resolution,  misalnya,  sebagaimana yang
          diperagakan  oleh  pelaku  politik  di   arena  nasional,   tidak
          menggambarkan     kekuatan   bernalar   rasional.   untuk   tidak
          menyebutnya  ilmiah.  Adakah  ini  sebagai  petunjuk  tidak  adanya
          kualitas  yang  bernas  di  kalangan  sarjana  dan  'pemikir'  tersebut?
          Sejauh mana universitas ikut bertanggun9Jawab?
          Kalau  pertanyaan  serupa  itu  dinilai  kurang  relevan,  atau  kalau
          jawabannya memang tidak kita  ketahui.  sedikit-dikitnya,  kondisi  ini
          mengharuskan  kita  untuk  melihat  kembali  persoalan  peningkatan



          22
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39