Page 275 - Trends in Science and Technology fo Sustainable Living
P. 275
236 Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Terbuka (2023)
Petrescu-Mag, R. M., 2022). Akan tetapi, berbagai standar telah
ditetapkan untuk menjamin kualitas dan keamanan dari suatu
produk. Mutu suatu produk pangan penting untuk menciptakan
masyarakat sehat dan sejahtera (Haji, M., Kerbache, L., & Al-Ansari,
T. 2022). Dengan demikian, mutu dapat berkontribusi terhadap
sistem ketahanan pangan serta membantu menciptakan sistem
yang berkesinambungan untuk masa mendatang dengan aplikasi
pengolahan pangan yang ramah lingkungan dan humanis
(Vågsholm, I., Arzoomand, N. S., & Boqvist, S. 2020).
Ketercapaian keberlanjutan pangan (food sustainability)
dapat ditunjukkan dengan cara produksi dan pengolahan pangan
dengan memperhatikan kualitas lingkungan, menggunakan
sumber daya alam secara efisien, meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan melindungi kesejahteraan manusia, hewan
dan tumbuhan (Harvard T.H. Chan, 2015). Tujuan implementasi
sustainabilitas pangan adalah menciptakan sistem pangan yang
tangguh, merata dan ramah lingkungan (Nguyen, 2018). Namun
saat ini, pangan merupakan salah satu sumber utama kerusakan
lingkungan. Produksi pangan berdampak pada kerusakan sumber
daya alam yaitu air dan lahan serta merupakan penghasil emisi
gas rumah kaca. Gas rumah kaca yang dihasilkan dalam produksi
pangan mencapai 26% dari seluruh emisi gas rumah kaca dari
seluruh dunia (Ritchie, H., Rosado, P., & Roser, M., 2022). Terlebih
lagi, setengah dari lahan yang layak huni (habitable land) telah
dipakai untuk kebutuhan pertanian dan peternakan (Tiseo, 2023).
Produksi pangan juga menggunakan 70% air bersih (FAO, 2017).
Limbah proses pengolahan pangan juga suatu masalah yang perlu
diperhatikan. Setiap tahunnya, 1,6 milyar ton produk pangan hilang
maupun terbuang sia-sia (FAO, 2013). Limbah kemasan pangan
pun berkontribusi terhadap polusi yang terjadi di darat dan laut.
Limbah kemasan plastik hanya terbuang begitu saja, tidak didaur
ulang dan hanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) dan
di lautan (Kan & Miller, 2022). Penggunaan bahan bakar fosil untuk
produksi kemasan pangan juga berkontribusi terhadap gas rumah
kaca. (Ncube, L. K., Ude, A. U., Ogunmuyiwa, E. N., Zulkifli, R., & Beas, I. N.
2020). Oleh karena itu, diperlukan kesadaran terhadap lingkungan
yang terdampak dari proses produksi pangan untuk menciptakan
suatu sistem yang berkelanjutan.