Page 125 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 125
Bagian 04
menunjukkan identitas diri, (6) pengaruh
pembicaraan.
1) Penyisip Kata, Frase, dan Klausa
Penyisipan kata, misalnya /gentungngi/
larro/amma/taena. Artinya: gantung, marah, ibu,
tidak!. Kata “gengtungngi” jenis kata kerja, kata
“ larro” jensis kata sifat, kata “amma” jenis kata
benda dan kata “tidak” jenis kata kerja. Penyair-
penyair Indonesia dana tau penyair-penyair dunia
memanfaatkan kata-kata dalam baris-baris puisi
yang ditulisnya. Angela Khristin Brown (2019)
memanfaatkan kata-kata pada bait pertama
sebanyak enam belas kata. Hal ini menunjukkan
bahwa puisi tanpa kata, maka puisi tidak pernah
ada di dunia ini.
2) Penyisipan Frase
Kata yang bergabung dengan
kata lainnya yang tidak memiliki unsur
predikatif dan masih menempati satu fungsi
sintaksis yang sama di dalam sebuah kalimat
disebut dengan frase. Istilah frase digunakan
sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada
di bawah klausa, atau satu tingkat berada di atas
satuan kata. Karena frase itu mengisi salah satu
fungsi sintaksis, maka salah satu unsur frase
itu tidak dapat dipindahkan secara keseluruhan
sebagai satu kesatuan. Frase yaitu suatu satuan
gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih
yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa
(Ramlan, 2001).
Ekspresi tulisan dalam puisi “Marah”
berfungsi menegaskan maksud tertentu bahwa
dalam dinamika kehidupan tidak bisa dipungkiri
tentang perilaku sangat marah/sanna larrona/
baik yang diarahkan kepada diri sendiri maupun
kepada yang Maha Kuasa. Jika seseorang
sangat marah/sanna larrona/ dan tidak ada
114