Page 127 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 127
Bagian 04
namamu//.
4) Penyisipan Idiom
Kridalaksana, (1986) ungkapan atau idiom
adalah kontruksi yang maknanya tidak sama
dengan gabungan makna anggota-anggotanya.
Keraf (2010: 109), berpendapat bahwa idiom
adalah pola-pola struktural yang menyimpang
dari kaidah-kaidah bahasa yang umum.
Biasanya idiom berbentuk. Idiom tidak bisa
diterangkan secara logis dan secara gramatikal
dengan bertumpu pada makna kata-kata yang
membentuknya. Kovecses, Z., & Szabco, P. (1996)
makna umum idiom ditentukan oleh ‘domain
sumber’ tertentu yang berlaku untuk domain
target tertentu, dan lebih spesifik dari makna
idiomatik disediakan oleh ‘pemetaan ontologis’
yang berlaku untuk ekspresi idiomatik tertentu.
Campur kode bentuk idiom dalam puisi “Menanti
Hujan Turun Sebelum Pidato Dimulai”, yakni
// balla boe// rumah tua//. Penyisipan idiom
campur kode dalam puisi tidak terlepas dengan
penciptaan keindahan dengan permainan imaji
penulisnya.
e. Penyebab Campur Kode
Suwito (1985: 77) menjelaskan bahwa
latar belakang terjadinya suatu campur kode
pada dasarnya menjadi dua tipe, yaitu tipe sikap
(attitudinal type) dan tipe kebahasaan (linguistic
type). Alasan yang mendorong terjadinya campur
kode sebagai berikut. Alasan atau penyebab lain
yang mendorong terjadinya campur kode adalah
sebagai berikut.
1) Identifikasi Peranan
Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial,
registral, dan edukasional
116

