Page 177 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 177

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)                                                                                           Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta


                        menyampaikan  “… kami  mencoba  memberantas  penyakit  itu  (kebodokan  –  pen)
                160                                                                                                                                                                                             161
                        dengan mengadakan lebih  banyak pendidikan  rakyat,  menyokong sekolah-sekolah
                        rakyat, mengurangi  buta huruf di kalangan rakyat. Kami mencoba  membangkit-
                        bangkitkan dan membesar-besarkan kemauan rakyat akan nasib yang lebih mirip nasib
                        manusia, menyalakan lebih banyak nafsu-nafsu di dalam kalbu rakyat. Kami berusaha
                        menghiduphidupkan  lagi kegagahan rakyat, tenaga kemauan rakyat, energi rakyat
                        sebagai sediakala, –rakyat yang kini “sudah mati kutunya”’ itu”.
                             Dalam artikel “Menjadi Guru di Masa Kebangunan” yang termuat dalam buku
                        Dibawah  Bendera  Revolusi  Bung  Karno  kembali  menyinggung  betapa  besar  peran
                        pendidikan bagi sebuah bangsa. Ia memandang bahwa masyarakat yang memiliki ilmu
                        pengetahuan adalah tanggung jawab kolektif bersama sebagai bangsa. Oleh karena itu,
                        siapa pun yang di dalam hatinya bersemayam rasa cinta kepada bangsa Indonesi harus
                        mengambil peran menjadi guru untuk mencerdaskan bangsanya. Tokoh politik menjadi
                        guru bagi massa melalui  pidato-pidatonya.  Wartawan  menjadi  guru bagi  pembaca
                        melalui tulisan-tulisannya. Lurah menjadi guru bagi masyarakat desa yang dipimpin
                        melalui kebijakannya.
                             Dalam tulisan itu Bung Karno mengutip peribahasa Belanda wie de jeugd heeft,
                        heeft de toekomst yang artinya “Yang memiliki pemuda, memiliki masa depan” sebagai
                        penegasan  bahwa  pendidikan  adalah  sektor  vital  bagi  kelangsungan  dan  kejayaan
                        sebuah bangsa. Di sinilah konsep pendidikan yang diidamkan  Bung Karno mulai
                        tampak polanya. Ia memandang pendidikan sebagai gembaran mental bangsa itu sendiri.
                        Pendidikan tidak semata ikhtiar kolektif bangsa mewujudkan kehidupan idealnya tetapi
                        juga merefleksikan ideologi dan jati diri bangsa tersebut. Tulisnya “Suatu bangsa hanya
                        dapat mengajarkan apa yang terkandung di dalam jiwanya sendiri! Bangsa budak belian
                        akan mendidik anak-anaknya di dalam roh perhambaan dan penjolatan; bangsa orang
                        mereka akan mendidik anak-anaknya menjadi orang merdeka...”
                             Sikap demikianlah yang membuat Bung Karno memandang penting pendidikan
                        karena pada dasarnya di dalam pendidikan itulah jati diri suatu bangsa hidup bermukim.
                        Untuk mencapai  cita-cita  bangsa yang merdeka,  maka pendidikan  harus terlebih
                        dulu  mampu  memupuk  kesadaran  mereka.  Pendidikan harus memberi  inspirasi
                        bahwa kemerdekaan adalah hak yang wajib direbut kembali jika ada pihak lain yang
                        merampasnya.


                        4.   Kemerdekaan sebagai Jembatan, Pendidikan sebagai Janji


                             Salah satu analogi paling terkenal Bung Karno dalam memandang kemerdekaan
                        adalah dengan mengibaratkannya sebagai jembatan emas. Analogi ini bersifat metaforis
                        karena jembatan dan kemerdekaan memiliki kesamaan elementer. Keduanya merupakan
                        sarana,  bukan tujuan.  Melalui  analogi  ini  ia  menegaskan menjadi  bangsa merdeka
                        bukanlah tujuan akhir dari perjuangan kemerdekaan. Tetapi ia wajib dimiliki agar tujuan
                        kemerdekaan dapat diwujudkan yaitu menjadi bangsa yang adil dan makmur, menjadi
                        bangsa yang berdikari, memiliki harkat dan martabat sebagai bangsa beradab.
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182