Page 140 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 140
Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
122 Kebangsaan dan Etnisitas: Bangunan 123
yang Membentuk Nasionalisme Sukarno
Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A.
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. Dasim Budimansyah, S.Pd., M.Si.
Guru Besar Bidang Sosiologi Kewarganegaraan UPI
Budi Mulyono, S.Pd., M.Pd.
Dosen Pendidikan Kewarganegaraan UPI
1. Pendahuluan
Nasionalisme digambarkan oleh Soekarno sebagai suatu kekuatan bagi bangsa-
bangsa terjajah untuk bangkit dan berjuang membuka era gemilang bagi masa depan
bangsa yang bersangkutan. Pandangannya itu merupakan refleksi dirinya sebagai
seorang nasionalis yang sangat mencintai bangsa dan negara sehingga merasa terpanggil
untuk bersama tokoh seangkatannya berjuang membebaskan Bangsa Indonesia dari
penjajah Belanda. Kecintaannya kepada bangsa dan tanah air merupakan instrumen
penting perjuangan Soekarno (Sukarno, 1965). Walaupun demikian, nasionalisme
Soekarno dapat dikatakan sebagai nasionalisme yang kompleks, yaitu nasionalisme
yang dapat beriringan dengan Islamisme yang pada hakikatnya non-natie dan relatif
bergerak secara leluasa di dataran marginalitas yang mengenyampingkan intrik ras dan
etnisitas. (Srijanto, 2010).
Sejatinya di negara dunia ketiga seperti Indonesia, terdapat dua model nasionalisme
yang saling bersaing satu dengan lainnya. Pertama, nasionalisme negara kebangsaan
(nation-state) atau disebut juga dengan nasionalisme politis. Nasionalisme ini melihat
bangsa sebagai suatu komunitas yang diikat oleh kewarganegaraan yang sama tanpa
memandang latar belakang ras, etnis, bahasa, dan agama. Dalam konsep negara-bangsa
ini, keanggotaan negara adalah satu bangsa karena kebangsaan dirumuskan dengan
asumsi kesamaan hak dan kewajiban serta kedudukan warga negara. Kedua¸adalah
nasionalisme budaya atau disebut juga dengan nasionalisme etnis dan sering juga
diistilahkan dengan etnonasionalisme. Konsep nasionalisme budaya ini berangkat dari
paham kebangsaan yang menggunakan sentimen etnis, ras, dan agama sebagai basisnya
(Brown, 1994). Kemunculan nasionalisme budaya atau etnonasionalisme merupakan
bentuk reaksi dan perlawanan terhadap negara yang terlalu hegemonik dan mengubah
komunitas etnis menjadi entitas politik yang bernama negara-bangsa. Etnonasionalisme
juga mengacu pada nasionalisme yang menyiratkan bentuk kewarganegaraan ekslusif
berdasarkan identitas etnis yang sama. Oleh karenanya, ethnonasionalisme juga dapat
disebut sebagai nasionalisme budaya yang menekankan bangsa sebagai kesamaan
masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama.