Page 103 - Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Informasi Yang Beretika dan Demokratis
P. 103

87
                                        Bagian I: Politik, Kebijakan Publik danKetimpangan Digital

                                   misi  bupati  dan  menjaga  hubungan  harmonis  dengan  Bupati.    Dengan
                                   demikian faktor kepentingan menjadi alasan dukungan DPRD bagi program
                                   Bupati jalur perseorangan.

                                   Diskusi
                                      Tuntutan,  harapan  dan  dukungan  wakil  rakyat  ini  seolah
                                   mengatasnamakan aspirasi masyarakat. Namun dengan adanya faktor balas
                                   jasa dari DPRD karena pernah dibantu oleh relawan Bupati dalam Pileg, dan
                                   ‘ketakutan  pada  ancaman  relawan’  maka  tipe  keterwakilan  DPRD  ini
                                   sebagaimana tipologi termasuk pada tipe orientasi pada pemerintah. Tipe
                                   orientasi  pada  pemerintah  ini  dilakukan  bukan  hanya  semata‐mata untuk
                                   mendukung  program  eksekutif,  tetapi  juga  untuk  menyelamatkan  posisi
                                   keterwakilannya di  masa mendatang dengan  cara mengakomodasi
                                   kepentingan  konstituen  dalam  program  sambil  memanfaatkan  kelemahan
                                   birokrasi. Akibatnya terjadi kolusi program antara birokrasi dan DPRD (Sanit,
                                   1985:228‐229).
                                   Birokrasi  yang  seharusnya  berperan  menindaklanjuti  program/kebijakan
                                   Bupati,  namun  faktor  kepentingan    untuk  ‘menyelamatkan’  posisi
                                   jabatannya  maka  birokrasi  melakukan  kompromi  dengan  DPRD.  Kebijakan
                                   bupati  yang  seharusnya  ditindaklanjuti,  ternyata  mengalami  pembelokan
                                   administrasi  atau  pelemahan  sistem.  Pembelokan  administrasi  atau
                                   pelemahan sistem ini tergolong  sebagai penyimpangan  perilaku birokrasi
                                   atau  lebih    tepat  disebut  sebagai  patologi  birokrasi  atau  gejala
                                   penyimpangan  birokrasi  (Dysfunction  of  bureaucracy).”  Perilaku  birokrasi
                                   merupakan    fungsi  interaksi  antara  individu  dengan  lingkungannya,
                                   sedangkan  “setiap  individu  mempunyai  karakteristik  tersendiri  yang  akan
                                   dibawanya  ketika  memasuki  lingkungan  tertentu  (Thoha,  2005:138).  Jika
                                   karakteristik  individu  dalam  diri  aparat  dan  karakteristik  organisasi
                                   (birokrasi) berinteraksi, maka terbentuklah perilaku individu (aparat) dalam
                                   organisasi  (birokrasi).    Akibatnya  meskipun  hubungan  DPRD  dan  Bupati
                                   sebagai  unsur  penyelenggara  pemerintahan  daerah  berjalan  harmonis,
                                   tetapi    keharmonisan  ini  diwarnai  oleh  ketidakloyalan  birokrasi  dalam
                                   menjalankan visi‐misi Bupati. Menjadi  bahan evaluasi bagi aparat, manakala
                                   rakyat  secara  langsung  melaporkan  kinerjanya  kepada  Bupati,  sehingga
                                   laporan birokrasi  yang diberikan kepada Bupati cenderung menyenangkan
                                   Bupati atau  berperilaku asal  bapak  senang (ABS).   Akibatnya program‐
                                   program pembangunan  yang berjalan tidak mendukung ke arah pencapaian
   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108