Page 164 - Pendidikan Terbuka Untuk Indonesia Emas
P. 164
4. Pendidikan Terbuka dan Demokratisasi Pendidikan
menunjang hidup dan kehidupan. Gunanya, agar memiliki
pengalaman pendidikan langsung melalui berbagai cara agar
berkemampuan dan bertanggung jawab atas keputusan untuk
kepentingan pendidikan bagi diri sendiri.
Pembelajar, dalam konteks pendidikan terbuka, melakukan
beragam hal yang terkait antara satu dengan lainnya. Belajar
dapat terjadi secara mandiri yang tidak selalu berarti harus
seorang diri. Artinya, belajar mandiri dapat juga terjadi dalam
lingkungan kelompok yang pada gilirannya berkontribusi positif
bagi setiap pembelajar. Kerja kelompok dalam pendidikan
terbuka dalam kerangka dan tinjauan sistem memiliki
manfaat besar, paling tidak dianggap dapat meningkatkan
partisipasi anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan
tersebut. Tujuannya, sesuai dengan tuntutan pedagogik,
untuk menanamkan pemahaman dan retensi materi agar
menjadi lebih baik. Juga, dianggap sebagai cara memantapkan
penguasaan keterampilan, dan meningkatkan antusiasme
yang kemudian dapat mendorong pembelajar agar terbiasa
dan akhirnya memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dalam
belajar mandiri. Filsafat pendidikan terbuka berpusat pada
pembelajar dan melihat pendidik menjadi fasilitator (guru
dan/atau dosen). Oleh sebab itu, dalam pendidikan terbuka,
guru/dosen sebagai fasilitator harus memiliki kemampuan
mengamati, membimbing, dan menyediakan materi. Artinya,
guru/dosen harus memfasilitasi, bukan mendominasi, proses
pembelajaran. Pendidikan terbuka optimis dengan keyakinan
bahwa kebebasan memilih arah menentukan pendidikan
bagi dirinya sendiri akan meningkatkan kualitas dan hasil
pembelajaran menjadi lebih baik.
Frasa pendidikan terbuka mencakup sejumlah kegiatan
berbeda dalam konteks pendidikan. Perbedaan tersebut
sangat ditentukan dan tergantung kepada siapa dan saat
159