Page 67 - Perspektif Milenial Pendidikan Jarak Jauh
P. 67
~ Perspektif Milenial: Pendidikan Jarak Jauh ~ 53
Di Balik Layar Kampus Jarak Jauh
Nuraziza Aliah, S.Pd., M.Pd.
“When dealing with critics always remember this:
Critics judge things based on what is outside
of their content of understanding.”
- Shannon L. Alder -
PROLOG
Jarak jauh terkadang menimbulkan keraguan. Tidak terkecuali dalam
bidang pendidikan. Sering kali pendidikan jarak jauh dipandang sebelah
mata. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal kuliah tatap muka dan
cenderung menganggap orang-orang yang berkuliah jarak jauh hanya
membeli ijazah. Hal ini terjadi karena mahasiswa yang berkuliah jarak jauh
tidak harus ke kampus untuk berkuliah. Mereka pun tidak perlu
meninggalkan pekerjaan mereka. Tidak ada adegan kuliah di kampus dan
dalam empat tahun tiba-tiba mengunggah foto wisuda di medsos. Aneh bin
ajaib, ya? Namun sesederhana itukah? Lantas bagaimana pendidikan jarak
jauh, bagaimana proses penilaiannya, dan bagaimana proses penyelesaian
studinya?
Wajar jika dipertanyakan karena di Indonesia, pendidikan jarak jauh
merupakan hal yang baru bagi masyarakat. Pendidikan jarak jauh booming
setelah pandemi Covid-19 menerpa dunia. Sebagai hal yang baru, tentu
masih banyak hal yang orang tidak ketahui. Begitu pun dengan Universitas
Terbuka (UT) sebagai pelopor pendidikan tinggi jarak jauh, masyarakat
Indonesia belum begitu mengenalnya.
Padahal, apabila bercerita tentang pendidikan jarak jauh langsung dari
dapurnya, tentu jauh akan lebih jelas. Jika flashback ke masa awal kenalan
dengan UT, saya pun sempat salah paham. Ketika dinyatakan lulus sebagai
dosen di UT, saya mengira nantinya saya akan mengajar lewat aplikasi
seperti skype dan saya tidak perlu datang ke kampus. Namun, setelah
mengulik di balik layar pelaksanaan pendidikan jarak jauh versi Universitas
Terbuka (UT) selama setahun ini, banyak hal menarik yang saya temukan.
Mulai dari anggapan masyarakat yang mengasosiasikan pendidikan jarak