Page 269 - Cakrawala Pendidikan: E-Learning Dalam Pendidikan
P. 269
\\'th!l\1'17. nrnn''"lf l'ellliidtl.cm· !'e/unng dan Tnnrnngnn
Dalam dunia pendidikan tinggi, data yang disajikan oleh
As1a Week menunjukkan bahwa empat universitas terbaik
Indonesia - di antara 77 universitas yang disurvai di Asia Pasifik,
ternyata menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73, dan ke-75.
lndikator lain dari mutu pendidikan dapat dilihat dari data
UNESCO (2000) tentang peringkat indeks Pengembangan
Manusia (Human Develoment Index), yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan
per kepala yang menunjukan bahwa indeks pengembangan
manusia Indonesia menurun. Di antara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-1 02 pada tahun 1996, ke-99
tahun 1997, ke-105 tahun 1998 dan ke-109 tahun 1999.
Rendahnya indeks pengembangan manusia tersebut mengindi-
kasikan rendahnya daya saing bangsa dalam kehidupan global.
Data yang dilaporkan The World Economic Forum, Swedia
(2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvai di dunia.
Semua ini dapat terkait dengan kenyataan bahwa mutu
guru SD/MI sangat rendah. Data Balitbang-Diknas (1998)
menunjukkan dari sekitar 1 ,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang
berpendidikan diploma 02-Kependidikan ke alas. Selain itu, dari
sekitar 680.000 guru SL TP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan
dirloma 03-Kependidikan ke alas. Di tingkat sekolah menengah,
dari 337.503 guru baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke
alas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen baru
18,86% yang berpendidikan S2 ke alas (3,48% berpendidikan
S3). Memang benar bahwa guru/dosen bukan satu-satunya faktor
penentu keberhasilan pendidikan. Akan tetapi, pengajaran
merupakan titik kekuatan pendidikan dan oleh karenanya
kualifikasi tenaga pengajarnya memberikan andil kepada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kondisi pendidikan
saat ini dalam keadaan yang memprihatinkan dilihat dari
252