Page 87 - Institusi Pendidikan Tinggi Di Era Digital: Pemikiran, Permodelan, Dan Praktik Baik
P. 87

74  Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital: Pemikiran, Permodelan dan Praktek Baik


            Menurut Susan Fournier dalam Kartajaya (2010) komunitas konsumen
        bisa  dibentuk  dalam  tiga  model,  yaitu:Pools,  Hubs  dan  Web.  Model
        pertama, yakni Pools merupakan komunitas yang terbentuk secara natural
        karena mereka mempunyai aktivitas, nilai, tujuan dan identitas yang sama
        dan  tergabung  dalam  komunitas  karena  adanya  pooling  factor  yang  kuat
        dan  jelas.  Karena  mempunyai  nilai,  tujuan  dan  identitas  yang  sama  maka
        komunitas  seperti  ini  lah  yang  seharusnya  diajak  berkolaborasi  oleh  UT.
        Bentuk  komunitas  kedua,  yakni  tipe  Hubs  merupakan  komunitas  yang
        terbentuk  karena  kekaguman  anggotanya  terhadap  satu  individu.
        Komunitas  seperti  ini  biasanya  mengandalkan  sosok  individu  tertentu,
        misalnya  Komunitas  Afgan,  (disebut  Afganisme).  Anggota  Afganisme
        mencapai ribuan orang, tidak saja  di Indonesia, tetapi juga di mancanegara
        seperti  Malaysia,  Singapura,  Brunei  Darussalam,  Belanda,  Jerman.
        Afganisme memiliki banyak account Twitter yang siap untuk membagi info
        ter-update  tentang  Afgan.  Karena  mengandalkan  daya  magnet  sosok
        tertentu,  maka  daya  rekat  anggota  komunitas  ini  bisa  jadi  sifatnya  hanya
        temporer. Begitu sang icon tadi turun pamornya maka daya rekat komunitas
        tersebut  akan  menjadi  lemah.  Sedangkan  model  komunitas  ketiga,  yakni
        komunitas  Web  merupakan  komunitas  yang  terbentuk  karena  adanya
        hubungan antar anggota satu dengan lainnya. Komunitas seperti ini secara
        natural mudah terbentuk di web melalui platform seperti facebook, twitter,
        instagram dan sebagainya.
            Mengacu pada Reed’s Law di atas maka jika UT ingin melipatgandakan
                                         n
        “pelanggannya” secara eksponensial (2 ), maka UT harus berusaha  meng-
        connect  kelompok  pasarnya  agar  terhubung  satu  sama  lain  dalam  suatu
        komunitas. Dengan kata lain UT harus mampu menciptakan interaksi yang
        intens  antar  “pelanggan”  dalam  suatu  komunitas.  Diharapkan  dari
        komunitas  ini  terjadi  relasi  pribadi  yang  erat  antar  anggota  komunitas
        tersebut karena ada kesamaan purpose, value dan interest. Customer insight
        juga  lebih  mudah  ter-detectjika  UT  well-connected  dengan  komunitas
        tersebut.  Oleh  karena  itu  sudah  tepat  UT  memfasilitasi  beragam  forum
        mahasiswa yang ada di Forum Komunitas Program Studi, Twitter, Facebook
        dan  lain-lain.  Melalui  komunitas  online  tersebut,  mahasiswa  anggota
        komunitas  tersebut  dapat  berinteraksi,  berkomunikasi  dan  berkolaborasi
        satu sama lain lintas demografis, lintas geografis. Dalam forum komunitas ini
        para  anggota  bisa  mengungkapkan  berbagai  pengalaman  menarik  selama
        kuliah  di  UT.  Jika  mereka  secara  suka  rela  mempromosikan  dan
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92