Page 89 - Institusi Pendidikan Tinggi Di Era Digital: Pemikiran, Permodelan, Dan Praktik Baik
P. 89
76 Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital: Pemikiran, Permodelan dan Praktek Baik
ini, setelah mengidentifikasi beberapa komunitas, pemasar harus
mengkonfirmasi komunitas mana yang akan kita ajak berkolaborasi. Tentu
saja komunitas yang akan di-confirm adalah komunitas yang dapat
memberikan manfaat optimum kepada organisasi. Jika pemasar tidak
menemukan komunitas seperti itu, maka seperti halnya dalam facebook,
pemasar dapat meng-invite masyarakat yang relevan dengan organisasi,
yakni yang mempunyai interest, values dan tujuan yang sama. Dalam
konteks UT, hal terpenting yang harus dilakukan oleh UT adalah mencari
relevansi antara komunitas dengan kepentingan UT. Tidak ada artinya jika
sebuah komunitas mempunyai jumlah anggota banyak tetapi ternyata
komunitas tersebut tidak mempunyai relevansi dengan visi dan misi UT.
F. DARI POSITIONING MENUJU CLARIFYING
Dalam teori pemasaran, sesudah melakukan segmenting dan targeting
maka langkah selanjutnya adalah melakukan positioning. Positioning
merupakan upaya yang dilakukan pemasar agar produk yang ditawarkan
dipersepsi secara khusus. Persepsi ini harus unik sehingga konsumen
mengetahui perbedaan antara merekyang kita tawarkan dengan merek
lainnya. Positioning ini lah yang melekat pada benak konsumen. Dalam era
horizontal ini tidaklah cukup hanya dengan melakukan positioning, namun
harus dipertajam dengan clarifying. Artinya pemasar tidak cukup hanya
melakukan positioning merek kita kepada pasar sasaran, namun harus
melakukan clarifying pada komunitas yang sudah di-confirm (confirmed
community). Mengapa harus demikian? Karena bisa jadi positioning yang
ada dalam benak konsumen bisa berubah seiring dengan perubahan
lingkungan. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian McEwen dalam
Kartajaya (2008), 58% nasabah bank di Amerika tidak melihat adanya
perbedaan antar bank, demikian juga dengan 45% penumpang pesawat
domestik. Hal ini dapat dimaklumi karena saat ini kita dikepung dengan
tawaran beragam merek yang menawarkan hal yang “me too”, atau dengan
kata lain positioningnya terlalu generik. Apalagi di era informasi seperti
sekarang ini dimana konsumen semakin informationalized dan enlightened.
Konsumen tidak lagi dapat dijejali credo atau tagline yang hanya
menawarkan janji-janji kosong. Melalui internet konsumen dengan mudah
akan mencari tahu tentang pengalaman orang lain tentang suatu merek.
Dengan melakukan clarifying, pemasar dapat memperjelas makna atau