Page 130 - Kewirausahaan Dalam Multi Perspektif
P. 130

fenomena ini masih mengemuka karena ada indikasi adanya keterbatasan
        institusi pendidikan dalam hal resources dan  adanya lack of management
        (Bambang, 2009). Ada indikasi bahwa institusi pendidikan lambat bergerak
        merespon  perubahan  lingkungan  sehingga  tidak  dapat  memanfaatkan
        peluang (Siswo,2012).
            Untuk  dapat  menelusuri  sejauh  mana  PT  mampu  menerapkan
        entreprenurship,  berikut  diajukan  permodelan  Corporate  Entrepreneurship
        (Gambar  1).  Permodelan  itu  menggunakan  dua  variabel  independen  yaitu
        organization  dan  environment,  dan  sebagai  intervening  variable  adalah
        entrepreneurial  orientation  dan  public  value  orientation  sebagai  variabel
        dependen.  Permodelan  ini  dikembangkan  untuk  mendapatkan  fakta
        dilapangan bagaimana pihak pimpinan PT pada  level middle manajer  pada
        masing-masing Fakultas (Jurusan dan Prodi) dapat membangun public value
        orientation  dengan  berorientasi  kewirausahaan.  Dengan  demikian  PT
        diharapkan  dapat  memanfaatkan  peluang  secara  optimal  dan  dapat
        mendorong  jurusan/program  studi  menjadi  institusi  pendidikan  yang
        inovatif, proaktif, dan risk-taking.
            Untuk  dapat  mendorong  entrepreneurially  behavior  di  kalangan
        kelompok  middle  manajer  pada  institusi  pendidikan  tinggi  perlu  didukung
        oleh organisasi yang dikelola dengan baik. Organisasi yang terkelola dengan
        baik  jika  didukung  oleh  berbagai  aspek  seperti  adanya  dukungan  pihak
        manajemen,  penerapan  reward  yang  memadai  dan  ketersediaan
        sumberdaya.  Manajemen  support  merupakan  determinan  penting  untuk
        dapat  meningkatkan  entrepreneurial  behavior  yang  dapat  mendorong
        munculnya  ide-ide  inovatif  dan  kreatif.  Selanjutnya  reward  merupakan
        bentuk  penghargaan  atas  dasar  kinerja  yang  telah  dihasilkan  dan  dapat
        mendorong  penyelesaian  challenging  work.    Lingkungan  kondusif  yang
        terbangun  pada  institusi  pendidikan  tinggi    diharapkan  dapat  menjadi
        pendorong  entrepreneurial  behavior.  Ada  dua  determinan  penting  yang
        dapat mendorong entrepreneurial behavior yaitu multitude expectation dan
        legal mandate.
            Atas  dasar  permodelan  tersebut,  dapat  diajukan  tiga  hipotesis  (H1-
        H3)berdasarkan  pada  hasil  riset  yang  dilakukan  oleh  beberapa  ahli  yaitu:
        Diefenbach  (2011);  Fairoz  (2010);  Meynhardt  dan  Metelmann  (2009);
        Hornsby (2009); Lee dan Lim (2009); Wood (2008); Wiklund dan Shepherd
        2005; Kuratko (2005); Currie  dan Procter (2005);  Floyd and Lane (2000) ;
        Lumpkin and Dess (2001 dan 1996) dan Miller (1984).
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135