Page 128 - Kewirausahaan Dalam Multi Perspektif
P. 128

dukungan  yang  sifatnya  keilmuan  terhadap  permasalahan  publik  dengan
        memberikan berbagai bantuan legal dan expertise (professional consultant).
            Untuk dapat menjadi corporate entrepreneurship, ada berbagai kendala
        yang masih dihadapi oleh berbagai insititusi pendidikan tinggi, menurut Zhou
        (2008) beberapa gap yang masih ada yaitu: 1) perguruan tinggi (PT) tidak
        mempunyai  cukup  sumberdaya  dan  hasil-hasil  penelitian  yang  dapat
        memberikan pengetahuan bermanfaat terhadap masyarakat; 2) kolaborasi
        universitas  dan  industri  masih  sangat  terbatas  dalam  memecahkan
        permasalahan berkaitan dengan isu teknologi.  Alhasil, sebagian besar hasil
        riset sulit ditransfer dan hanya diaplikasikan pada industri terutama untuk
        level kecil menengah.  Beberapa PT di negara maju (United Kingdom, Amerika
        Serikat) telah melakukan berbagai upaya untuk menciptakan entrepreneurial
        university dengan berfokus pada beberapa hal penting yaitu: a) membangun
        hubungan  dengan  komunitas  bisnis  dan  membentuk  partnership  untuk
        mengembangkan  pusat  inovasi,  b)  mendorong  pembelajaran  mengenai
        entrepreneurship,  dan  c)  memberikan  bantuan  dana  kepada  staf  pengajar
        untuk melakukan penelitian berkualitas yang dapat diaplikasikan pada dunia
        bisnis.
            Dalam konteks Indonesia, institusi pendidikan tinggi seharusnya merasa
        tertantang untuk dapat mengimplementasikan entrepreneurship agar dapat
        memberikan manfaat  lebih banyak terhadap dunia bisnis dan masyarakat.
        Dunia  akademik  tidak  dapat  di  under-estimated  dimana  fakultas  dan
        jurusan/prodi  yang  ada  pada  universitas  pada  intinya  dapat  dikategorikan
        sebagai  corporate  co-operation.  Artinya  pengelolaannya  pada  prinsipnya
        dapat  diterapkan  secara  korporasi.  Seperti  yang  dinyatakan  oleh  Hornsby
        et.al. (2002)  “that academics are perhaps more similar to entrepreneurs than
        might be first expected. Where they differ most is in their propensity to take
        risks, suggesting the need to create a secure environment in which is perceived
        to be mimimized”. Artinya akademisi kemungkinan dapat disamakan dengan
        entrepreneur, dimana penekanan yang utamanya adalah melakukan hal-hal
        yang  bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
            Institusi pendidikan tinggi di Indonesia oleh sebagian masyarakat masih
        dinilai  sebagai  bangunan  menara  gading,  namun  belum  optimal  dapat
        memberikan  dampak  langsung  bagi  perkembangan  bisnis  dan  masyarakat
        disekitarnya. Sebagian besar masyarakat menilai bahwa institusi pendidikan
        tinggi Indonesia masih belum dapat mengimplementasikann tujuannya untuk
        meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara optimal.  Kondisi ini ditandai
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133