Page 55 - Peran Matematika, Sains, dan Teknologi Dalam Mendukung Gaya Hidup Perkotaan (Urban Lifestyle) Yang Berkualitas
P. 55
Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas 43
yang lebih rendah akan mempengaruhi status gizi pada periode siklus
kehidupan selanjutnya (intergeneration impact).
Tingkat konsumsi makanan ditentukan oleh kualitas serta ragam
hidangannya. Konsumsi yang kurang baik kualitasnya akan memberikan
kondisi kesehatan dan gizi yang tidak seimbang sehingga muncul berbagai
penyakit, diantaranya penyakit gizi lebih (obesitas), penyakit gizi kurang,
penyakit metabolik bawaan, dan penyakit keracunan makanan
(Sediaoetama, 2004). Masalah gizi ganda (double burden) merupakan
masalah yang dihadapi masyarakat perkotaan di usia produktif. Masalah gizi
ganda adalah terjadinya Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada masyarakat
usia produktif (15 – 49 tahun) yang ditandai dengan proporsi LILA <23.5 cm
dan Indeks Masa Tubuh < 18,5, dan masalah kegemukan (IMT >25) bahkan
obesitas (IMT >27) juga dijumpai pada usia poduktif. Hasil survei yang
dilakukan di 27 ibu kota provinsi pada tahun 1996/1997 menunjukkan
bahwa dua masalah gizi ini sudah terlihat dengan jelas. Terdapat
kecenderungan peningkatan masalah gizi ganda (double burden) pada
masyarakat perkotaan kelompok usia produktif. Hal ini merupakan dampak
dari perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan pola makan dan aktivitas
olah raga.
Kegiatan konsumsi untuk pangan yang berlebihan dan tidak sesuai
dengan kebutuhan energi tubuh akan mengakibatkan masalah kegemukan
atau obesitas. Kecenderungan terjadinya kegemukan atau obesitas di
masyarakat ini terlihat dari kecenderungan peningkatan prevalensi obesitas
di usia produktif. Kecenderungan peningkatan kejadian kegemukan atau
obesitas terlihat baik di wilayah perkotaan, wilayah kumuh perkotaan
bahkan perdesaan. Walaupun kecenderungan prevalensi kegemukan atau
obesitas di wilayah perdesaan lebih rendah dibandingkan wilayah kumuh di
perkotaan.
Prevalensi kegemukan atau obesitas di wilayah perkotaan yang
cenderung meningkat disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi
simpanan energi yang berubah menjadi lemak (Pritasari, 2006). Hasil
penelitian Dwiningsih dan Pramono (2013) menunjukkan prevalensi
kelebihan berat badan remaja di wilayah perkotaan lebih tinggi dari remaja
di wilayah perdesaan. Jenis kelamin tampaknya ikut berperan terhadap
prevalensi gizi lebih atau kegemukan atau obesitas (Sasmito, 2015). Gizi
lebih yang dapat mengakibatkan kegemukan lebih umum dijumpai pada