Page 71 - Hermeneutika dan Semiotika Dalam Puisi
P. 71
Bagian 04
3. Parafrase Puisi Soneta “Senja”
Suasana sore menjelang malam, dengan
membawa kesejukan dan ketenangan, tidak ada
bunyi kedengaran dan kegiatan berlangsung,
semuanya terhenti angin pun turut tidak berhembus.
Tumbuhan bunga di taman ikut tidak menutup
kembangnya, kemudian seperti layu dan tidak lagi
mekar berkembang, burung pun ikut terdiam tidak
beraktivitas hanya mengingat masa lalu, Ia hanya
tinggal diam dalam sarang tidak terbang, seperti
orang menjalani hukuman. Jiwa bergoncang diliputi
kegelisahan kesunyian yang mencekam, sehingga
tidak berdaya karena dicekam perasaan rindu dan
piluh. Akhirnya hatinya pun terharu dan terbawa
oleh suasana alam. Perasaan cemas menunggu
malam tiba membuat tak bisa berbuat apa-apa,
dia hanya bisa mengingat sosok wajah nan cantik,
tentang kekasih yang harus mengikuti aturan
budaya di negerinya.
Puisi soneta “Senja” mencatat pada
perjumpaan pengagungan penyair pada keindahan
alam dan keinginan lembut jiwa menjalin,
mengagumi, berdamai, dan mensyukuri nikmat
dan karunia-Nya. Di sinilah Sanusi Pane dengan
puisi dan karya sastra lainnya bermain dengan
indahnya kata-kata. Sanusi Pane yang lebih
mengutamakan ketenangan dan kedamaian itu
tampaknya terjelma pada hampir semua hasil
karyanya, baik yang berupa puisi maupun drama.
Itulah sebabnya dia dikenal sebagai pengarang
romantik. Dia merenungi kejayaan dan kemegahan
serta kedamaian masa lampau. Dia merenungi
kedamaian yang didendangkan alam sekitar.
Alam tidak hanya sebagai lambang, tetapi juga
sebagai objek pengubahan sajak-sajaknya yang
mendendangkan alam.
60