Page 22 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 22

PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF

              Menurut aliran ini, subjek pengetahuan adalah pribadi-pribadi yang   13
          memiliki kemampuan imajinasi dan intelektual untuk mengabstraksikan
          kenyataan dunia menurut mekanisme-mekanisme internal-psikologis
          mereka sendiri, serta kemudian dirumuskan dalam bentuk skema-
          skema kognitif yang terdapat di dalam dirinya. Dalam teori dan
          filsafat ilmu pengetahuan, pemikiran tersebut lazim disebut sebagai
          “konstruktivisme-kognitif” atau “konstruktivisme personal”, yang akar-akar
          teoretik  dan  filosofisnya  dapat  dilacak  dalam  pemikiran  Plato,  Bacon,
          Herbart, dan Piaget (Farisi, 2005). Penggunaannya dalam pendidikan
          di antaranya oleh Ausubel (1963), Bruner (1978), Gagne (1977), Purta
          (1991), Novak, Hanesian, dan Posner (Farisi, 2005).
              Aliran kedua (konstruktivisme sosial) memandang bahwa realitas
          bukan sebagai semata-mata hasil bentukan atau konstruksi pemikiran
          dan imajinasi seorang subjek atas realitas objek yang diamati dan dialami.
          Realitas menurut aliran kedua ini, lebih sebagai hasil dari proses-proses
          interaksi antar-personal antar-subjek, dan dari hubungan-hubungan
          dialektis individu dengan konteks lingkungan kehidupan sosial tertentu.
              Seperti pada aliran pertama, menurut  aliran kedua  subjek
          pengetahuan juga pribadi-pribadi, hanya saja menurut aliran ini pribadi-
          pribadi  tidak  membentuk  sendiri  realitas  sesuai  dengan  mekanisme-
          mekanisme internal-psikologis mereka sendiri, melainkan atas dasar
          hasil interaksi-dialogis mereka dengan pribadi-pribadi lain ketika
          proses interaksi dan komunikasi interpersonal atau antara individu dan
          masyarakatnya berlangsung melalui “psychological tools” yaitu artifak-
          artifak simbolik—tanda, simbol, teks, rumus, alat-alat simbolik-grafis.
              Dalam teori dan filsafat ilmu pengetahuan, pemikiran tadi lazim
          disebut sebagai  ”konstruktivisme  interpersonal”,  atau  “konstruktivisme
          sosiokultural”, yang akar-akar teoretik dan filosofisnya dapat dilacak
          dalam pemikiran Marxian. Dasar pemikiran Marxian ini, kemudian
          digunakan dalam kajian perkembangan kognitif oleh  Vygotsky dan
          Alexander Luria di tahun 1930an, dan setelah interupsi waktu yang
          cukup lama kembali dilanjutkan oleh Michael Cole, Peter  Tulviste,
          James Wertsch, Laura Berk, dan Rafael Diaz; dan penggunaannya dalam
          pendidikan di antaranya oleh Daniel Elkonin dan Vasili Davydov, Reuven
          Feurstein, Ann Brown, Joseph Campione, Jϋrgen Guthke (Farisi, 2005).
              Aliran ketiga (konstruktivisme interpersonal atau sosiokulturalisme)
          memandang bahwa realitas bukan sebagai proses intra-personal, atau
          antar-personal. Realitas menurut aliran ketiga ini adalah sebagai hasil
          konstruksi  atau bentukan  masyarakat  dan  budaya  di  mana  pribadi-
          pribadi berada. Bahwa realitas tidak lain sebagai hasil bentukan atau
          konstruksi sosial dan kultural (reality as a social and cultural constructions)
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27