Page 17 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 17
NASKAH BUKU BESAR PROFESOR UNIVESITAS TERBUKA
A. DEFINISI SEBAGAI PARADIGMA
8
Dari hasil kajian penulis terhadap kurikulum PIPS (1968 sd 2006)
menunjukkan bahwa selama ini kurikulum PIPS masih sangat kental
dengan orientasi paradigma “esensialisme”.
Salah satu indikasi pada orientasi paradigma “esensialisme” dapat
dicermati dari “definisi” PIPS yang digunakan. Menjadikan definisi sebagai
tolok ukur untuk menentukan orientasi paradigmatik pendidikan,
dapat dirujuk pada pandangan Kuhn (2001). Bahwa definisi merupakan
“paradigma simbolik” atau “generalisasi simbolik”, yang menyimbolkan
atau melambangkan sebuah kerangka pemikiran, pendekatan, dan
penjelasan yang menentukan batas-batas dari fenomena atau realitas
tertentu yang dimaksudkan oleh definisi tersebut. Dalam hal ini adalah
fenomena PIPS.
Di dalam dokumen kurikulum PIPS Berbasis Kompetensi, misalnya,
dinyatakan:
“Pengetahuan sosial adalah bahan kajian yang terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan disiplin ilmu sejarah,
geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi yang diorganisasikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pembelajaran.”
(Depdiknas, 2003: 3, cetak miring dan tebal dari penulis).
Definisi yang menyatakan bahwa PIPS sebagai “simplifikasi ilmu-
ilmu sosial atau ilmu-ilmu sosial yang diajarkan di sekolah, adalah definisi
yang dikembangkan dari pandangan esensialisme, atau PIPS yang
dikembangkan di dalam tradisi “social studies taught as social sciences”
dalam tipologi Barr, Barth, dan Shermis (1977; 1978).
Indikasi PIPS yang esensialistik juga tampak pada pemberian
penekanan pada penguasaan siswa atas “kompetensi dasar bidang
keilmuan” atau yang sejalan dengan “garis berpikir keilmuan” atau
“seperti telah ditetapkan oleh para ilmuwan sosial” (Somantri, 2001).
Definisi PIPS ini, mengalami perubahan di dalam kurikulum sekolah,
yaitu: “Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial dan kewarganegaraan”. Akan tetapi, secara
paradigmatik sesungguhnya tidak berbeda dengan maksud yang
terkandung di dalam definisi sebelumnya.
Hal ini juga jelas dari rumusan tujuannya, “Pengetahuan Sosial
mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,