Page 12 - Pendidikan IPS : Konstruktivistik da Transformatif
P. 12
PENDIDIKAN IPS KONSTRUKTIVISTIK DAN TRANSFORMATIF
pola pengorganisasian materi, kompetensi pengembangan, peran 3
peserta didik dalam proses pengembangan substansi pendidikan,
pembelajaran (konteks, metode, model), kompetensi guru (pedagogis
dan profesional), buku teks atau pegangan peserta didik.
B. DE-IDEOLOGISASI PENDIDIKAN IPS
Berbagai persoalan di atas, kemudian terakumulasi dalam bentuk
terjadinya “de-ideologisasi” terhadap PIPS. PIPS tidak lagi dipercaya, tidak
dipedulikan, dan tidak diyakini sebagai matapelajaran yang penting bagi
siswa, baik untuk kepentingan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, atau kepentingan nyata dalam kehidupan keseharian.
Proses de-ideologisasi ini terjadi baik di kalangan peserta didik, guru,
orang tua, maupun masyarakat.
Sejumlah indikasi yang memperlihatkan kecenderungan seperti itu
antara lain, munculnya pandangan dan sikap siswa bahwa matapelajaran
PIPS kurang menyenangkan dan membosankan, kurang relevan dengan
kebutuhan/kenyataan, dan pada diri siswa melahirkan sikap negatif dan
kurang percaya diri. Pendidikan IPS juga dipandang kurang memberikan
basis bagi siswa untuk berefleksi kritis dalam memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi masyarakat. Pada diri para orang tua dan
masyarakat pun berkembang pandangan dan sikap yang memandang
matapelajaran PIPS sebagai matapelajaran “kelas dua”.
Terjadinya “de-ideologisasi” terhadap PIPS tersebut, memang
bukan disebabkan oleh kondisi internal-mikro PIPS semata, melainkan
juga karena kondisi eksternal-makro yaitu politik pendidikan nasional
yang terlalu berorientasi pada sain dan teknologi, serta mentalitas
masyarakat (khususnya masyarakat intelektual) Indonesia yang juga
amat mementingkan ilmu eksakta dan teknologi. Sungguhpun begitu,
de-ideologisasi jelas berpengaruh negatif terhadap eksistensi PIPS
sebagai salah satu program pendidikan untuk anak. Konsekuensi lebih
jauh dari terjadinya de-ideologisasi terhadap PIPS tersebut antara lain
adalah sangat rendahnya minat dan hasrat anak/siswa untuk memilih
PIPS sebagai bidang studi atau jurusan yang layak ditekuni.
Dalam kontinum perkembangan filsafat pendidikan, terjadinya de-
ideologisasi merupakan proses alamiah. Bahwa kedudukan dan peran
sebuah filsafat/ideologi pendidikan mengalami pasang-surut, sejalan
dengan tuntutan dan dinamika internal yang terjadi di dalam dunia
pendidikan dan komunitasnya, juga dinamika konteks eksternal—sosial,
budaya, politik, sejarah, dan sebagainya. Dalam pengertian seperti itu,
maka kelahiran, kemajuan dan kemunduran sebuah filsafat/ideologi