Page 27 - Quality Assurance of Blended and Online Learning : Standards and Implementation
P. 27
QUALITY ASSURANCE OF BLENDED & ONLINE LEARNING: STANDARDS AND IMPLEMENTATION
Sebagai kesimpulan, apabila kita berbicara tentang mutu pada 15
konteks pendidikan jarak jauh (PJJ), pembelajaran jarak jauh (pjj), dan
khususnya pembelajaran daring, sebaiknya kita melihat dengan lebih
spesifik model dan modus pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran
daring model apa? Bagian dari pembelajaran tatap muka (blended) atau
sepenuhnya daring? Modus pembelajarannya sinkronus, asinkronus,
atau campuran sinkronus dan asinkronus? Model dan modus yang
berbeda akan memiliki tuntutan input dan proses yang berbeda. Hal
ini akan membuat elemen mutu yang harus diperhatikannya berbeda
sehingga makna mutu dan cara penjaminan mutunya juga berbeda
walaupun pengertian dasar pembelajaran daringnya sendiri tetap sama,
yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam dan melalui jaringan internet,
dengan modus interaksi sinkronus atau asinkronus. Dengan pengertian
dasar ini, pjj yang dilaksanakan secara kombinasi dengan pembelajaran
tatap muka langsung dalam kelas merupakan model pembelajaran yang
lebih tepat disebut sebagai pembelajaran bauran (blended learning).
PENGERTIAN MUTU
Sekali lagi, dengan pemahaman yang berbeda terhadap makna
terminologi pembelajaran daring di atas, tidak mengherankan jika
makna kata ‘mutu’ atau ‘kualitas’ juga dipersepsikan berbeda-beda.
Mutu pada PJJ dan pjj termasuk pjj daring yang ada tentu akan meliputi
standar-standar atau kriteria yang sesuai dengan elemen-elemen
pembelajaran yang dilakukannya.
Dalam praktik sehari-hari, dosen ataupun mahasiswa sering
memiliki opini mutu atas suatu metode pembelajaran yang lebih
baik dari metode lainnya. Misalnya, kita sering mendengar bahwa
pembelajaran langsung secara tatap muka lebih bermutu dari
pembelajaran daring karena interaksi terjadi langsung dan dalam waktu
bersamaan. Ada juga misalnya yang berpendapat bahwa pembelajaran
daring sinkronus lebih bermutu dari yang asinkronus karena lebih mirip
dengan pembelajaran tatap muka. Namun, ada juga yang berpendapat
bahwa pembelajaran daring asinkronus lebih bermutu dari yang
sinkronus karena memberikan fleksibilitas waktu pada peserta didik dan
dosennya. Penulis sendiri misalnya memiliki bias yang mendukung pjj
daring asinkronus atas pembelajaran daring sinkronus, terutama karena
lebih cocok untuk peserta yang memilih pembelajaran daring karena
fleksibilitas waktu ini. Namun, sesungguhnya, mutu pjj dan pjj daring
secara utuh harus dinilai secara lebih komprehensif. Hal ini karena semua
modus pembelajaran dapat dilakukan dengan baik, asalkan kondisi