Page 96 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 96
Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah
78 79
demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Seseorang akan memiliki pemikiran,
sikap dan perilaku dari apa yang dilihat, didengar, dialami dan dirasakan oleh orang
tersebut. Misalnya, jika faham radikalisme menjadi bahan yang setiap hari dilihat,
didengar, dirasakan, maka orang tersebut akan menjadi radikal. Begitu sebaliknya, jika
yang sering di dengar adalah nilai-nilai positif, seperti kerjasama, toleransi, kejujuran,
momitmen dan nilai positif lainnya, maka orang tersebut akan menjadi bagian yang
menganut nilai positif.
Oleh karena itu, perguruan tinggi sebagai lembaga formal memiliki tanggungjawab
besar untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai nasionalisme pada generasi muda. Salah
satu jalan yang sangat strategis yaitu melalui kegiatan kurikuler. Sampai dengan saat ini,
setiap perguruan tinggi wajib menyelengarakan perkuliahan dengan muatan Matakuliah
Dasar Umum (MKDU), seperti Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Pancasila, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama dan lainnya. Namun, yang
menjadi perhatian penting adalah, bagaimana proses perkuliahan tersebut dapat menjadi
terwarisnya nilai-nilai nasionalisme pada mahasiswa sebagai generasi penurus bangsa.
Apa yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi untuk memastikan adanya proses
transfer pengetahuan dan nilai-nilai nasionalisme sesuai dengan semanagat nations
state yang dikembangkan oleh Ir Soerkarno. Dalam proses kontruksi nasionalisme
kebangsaan, perguruan tinggi dapat melakukan beberapa langkah penting dalam proses
pemebelajaran matakuliah wajib umum (MKDU); (a) Setiap perancangan matakuliah
dasar umum, seperti Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan
Agama dan Bahasa Indonesia serta Ilmu Sosial Budaya Dasar, harus diajarkan
dengan pendekatan project, bukan hanya sekedar teori. Namun, mahasiswa diberikan
kesempatan untuk mengenal lebih jauh nilai-nilai nasionalisme, kegiatan perkuliahan
dapat dilakukan secara in and on service, dan melibatkan komponen negara seperti TNI,
Polri dan juga unsur lainnya yang relevan. (b) Semua matakuliah MKDU harus berbasis
project, karena pembelajaran dengan berbasis project sebagai salah satu pendekatan
dalam memecahkan masalah (problem solving), dan dengan pembelajaran berbasis
project pula akan memberikan kesempatan dalam mengindentifikasi permasalahan
nasionalisme yang ada di daerah, terlebih lagi daerah paska konflik, dimana banyak
dinamika politik yang menyebabkan pudarnya nilai nasionalisme. Hasil identifikasi
tersebut akan di show case oleh mahasiswa di tempat publik, dan jika perlu di perguruan
tinggi lainnya. Dengan demikian, akan terjalin kerjasama antara sesame mahasiswa
yang ada di perguruan tinggi yang berbeda. Adapun desain pembelajaran sebagaimana
yang terlihat dalam grafik berikut ini: