Page 45 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 45

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)                                                                                           Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta


                             Bagi bangsa Indonesia dan umat manusia pada umumnya, nasionalisme adalah
                 28                                                                                                                                                                                             29
                        sebuah takdir dalam proses sejarah. Nasionalisme bukan sesuatu yang given dan bersifat
                        statis melainkan sesuatu yang harus dibentuk dan bersifat dinamis. Secara historis tidak
                        dapat disangkal bahwa Indonesia sebagai sebuah entitas kebangsaan merupakan sesuatu
                        yang  baru.  Bila  ditarik  ke  belakang,  bibit-bibit  nasionalisme  Indonesia  sebenarnya
                                 8
                        telah bersemai sejak lahirnya Budi Utomo pada 1908. Akar nasionalisme ini makin kuat
                        pada momentum Sumpah Pemuda 1928. Di sinilah kesadaran bertanah air Indonesia,
                        berbangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia ditegaskan oleh pemuda-pemuda dari
                        berbagai suku bangsa yang ada di Nusantara.
                             Memproklamasikan  di depan mikrofon  jauh  lebih mudah  ketimbang
                        mempertahankan  yang sudah diproklamasikan.  Setelah Proklamasi 1945, Indonesia
                        bertubi-tubi  digempur babak belur oleh pasukan asing. Sejumlah  negara  bersahabat
                        sudah mengakui kedaulatan  Republik Indonesia sejak Maret 1946. Namun hal itu,
                        tidak cukup melindungi.  Terjadi agresi militer  Belada I dan agresi militer  Belanda
                                              9
                        II yang harus dilawan dengan perjuangan fisik dan perjuangan diplomasi sekaligus.
                        Selain agresi militer Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia, terjadi berbagai
                        peristiwa pemberontakan di daerah-daerah. Inilah ujian nasionalisme berikutnya bagi
                        tokoh-tokoh bangsa dan seluruh rakyat Indonesia pascakemerdekaan. Ujian berat bagi
                        republik yang baru seumur jagung.

                        3.   Warisan Pemikiran Soekarno tentang Nasionalisme


                             Pada Pidato 1 Juni 1945 di hadapan sidang BPUPK, Soekarno mengajukan lima
                        prinisip untuk menjawab pertanyaan Ketua BPUPK, Radjiman Wedyoningrat mengenai
                        dasar negara Indonesia. Kelima  prinsip dimaksud adalah  Kebangsaan Indonesia,
                        Internasionalisme,  atau  Perikemanusiaan,  Mufakat atau  Demokrasi, Kesejahteraan
                        Sosial, dan Ketuhanan yang Berkebudayaan.
                             Kelima prinsip di atas disebut Soekarno dengan Panca Sila. “Sila artinya asas
                        atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan
                        abadi. Mengapa dasar meja statis dan leitstar dinamis yang mempersatukan bangs aitu
                        dibatasi lima? Jawaban Soekarno, selain kelima unsur itulah yang memang berakar kuat
                        dalam jiwa bangsa Indonesia, dia juga mengaku pada simbolisme angka lima. Angka
                        lima memiliki nilai “keramat” dalam antropologi masyarakat Indonesia. Rukun Islam
                        lima jumlahnya, jari lima setangan, dan lima panca indera.
                                                                           10
                             Pidato  Soekarno tentang  Pancasila  itu  begitu  heroik,  empatik,  dan sistematis
                        sehingga mendapatkan sambutan yang meriah dari para anggota BPUPK. Dikatakan
                        heroik karena berpidato dengan menyerukan kemerdekaan dengan dasar-dasar negara
                        yang diidealisasikannya di tengah opsir-opsir balatentara Jepang bersenjata  bayonet
                        8  Bambang Purwanto, Memahami Kembali Nasionalisme Indonesia, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
                           Volume  4, Nomor 3, Maret 2001, hal. 244.
                        9  Ariel  Heryanto,  Kedaulatan  RI, Kompas, 27 Desember  2021 dan dapat  diakses  dalam  https://
                           arielheryanto.files.wordpress.com/2021/12/2021_12_27_k-kedaulatan-ri-c.pdf.
                        10  Yudi Latif, op. cit., hal. 17.
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50