Page 204 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 204
Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
Begitu pentingnya keadilan sosial, masalah ini dari dulu hingga sekarang menjadi
186 187
salah satu isu utama yang diperdebatkan di seluruh dunia, sebagaimana disaksikan
melalui forum dan organisasi nasional hingga internasional.
Sayangnya, meskipun pembahasan tentang keadilan sosial sudah berlangsung
dalam kurun waktu yang sangat panjang namun realitas dunia saat ini menunjukkan
bahwa keadilan sosial tetap menjadi slogan semata. Di Indonesia dan banyak bagian
duni lainnya, tidak sedikit orang kehilangan bahkan untuk kebutuhan yang paling
mendasar seperti air minum yang sehat. Banyak juga data penelitian menunjukkan
bahwa ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin di dunia telah meningkat
pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya per hari ini.
Dalam sebuah kuliah umum tentang Pancasila yang diadakan oleh “Liga
Pancasila” di Istana Negara, Soekarno menjelaskan makna dari keadilan sosial. Menurut
Soekarno, keadilan sosial (social justice) adalah “a society or the nature of a just and
prosperous society, happy for everyone, no humiliation, no oppression, no exploitation.
Nothing - as I said in a public lecture a few months ago - exploitation de l ‘homme par
l’homme”. 13
e. Islam
Sebagai seorang pemikir dan ideolog tentu saja bila Soekarno berusaha
menampilkan Islam sebagai ideologi yang komprehensif dan revolusioner serta
menunjukkan keunggulannya atas ideologi Barat modern seperti liberalisme dan
kapitalisme. Harus dipahami bahwa pada abad ke-20 di zaman Soekarno, pemikiran
‘nasionalisme’ menjadi populer dan sangat diminati. Ide itu sangat digemari di seluruh
dunia. Salah satu elemen dasar dari ide nasionalisme adalah mengandalkan akal-
fikiran. Dan Soekarno salah satu pemikir yang gandrung dengan ide nasionalisme
itu. Oleh karena itu Islam pun oleh Soekarno dibedah dengan menggunakan metode
‘nasionalisme’ berupa kemampuan akal dan pikiran dimaksimalisasi. Dengan demikian
Sukarno memahami Islam adalah ideologi yang lengkap dan mencakup semua bidang
kehidupan sosial, gaya hidup dan hubungan sosial, terutama politik.
Soekarno meyakini bahwa Islam yang dibutuhkan adalah Islam yang progresif
dan revoluioner. Soekarno diketahui oleh publik sering melontarkan kritikan terhadap
umat Islam di Indonesia yang konservatif, sama sekali tertutup, jumud, khurafat,
bid’ah, dan percaya pada takhayul-takhayul.
Buya Syafie Ma’rif berpendapat bahwa sumbangan terbesar Bung Karno
terhadap Islam di Indonesia adalah memacu orang Islam untuk tidak berpikiran beku.
Bung Karno selalu menekankan pembaharuan Islam, pintu ijtihad harus dibuka lebar-
lebar. Pemikiran ini selalu dilontarkannya dalam berbagai kesempatan, saat ia menjadi
presiden hingga menjelang akhir pemerintahannya. 14
13 Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, I Putu Eka Mahardhika I Gusti Agung Ayu Yuliartika Dewi.
Conception of Social Justice in Eastern Indonesia within the Framework of the Republic of Indonesia.
https://journal.iapa.or.id
14 https://www.republika.co.id/berita/o7fmie282/marxisme-dan-islam-di-zaman-sukarno-part2