Page 203 - Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta
P. 203

Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)                                                                                           Membumikan Ide dan Gagasan Soekarno-Hatta


                        untuk memperoleh keuntungan kursi di parlemen. Parlemen secara otomatis menurut
                186                                                                                                                                                                                             187
                        Soekarno akan menjadi  pelindung setiap kepentingan  kapitalisme.  Baginya konsep
                        Indonesia tentang demokrasi sangat berbeda dengan barat. Indonesia menganut prinsip
                        musyawarah, pertukaran pikiran antar kekuatan politik yang mewakili masyarakat yang
                        kemudian menghasilkan konsensus nasional. 12
                             Sikap tegas Soekarno terhadap sistem Demokrasi Parlementer merupakan bagian
                        dari radikalismenya terhadap penjajah Belanda. Soekarno menunjukkan sikap radikalnya
                        dengan menunjukkan rasa antipati terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
                        barat. Sistem politik dan budaya Barat baginya kala itu merupakan bentuk hegemoni
                        Barat untuk mempertahankan kolonialisme dan imperialisme di kawasan Asia-Afrika.
                        Ketika Indonesia merdeka  dan menerapkan  demokrasi parlementer, Soekarno tidak
                        menunjukkan  sikap  penolakan.  Ia  juga  tidak  menentang  para  pendukung  demokrasi
                        parlementer seperti Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir.
                             Dengan kenyataan itu dapat dipahami bahwa konsep demokrasi bagi Soekarno
                        tidak lain adalah sebuah konsep demokrasi yang kembali pada jati diri bangsa yaitu
                        musyawarah  dan  gotong  royong. Oleh  karena  itu  lahir  demokrasi  terpimpin  yang
                        digagas oleh Soekarno harus dimaknai  kemunculannya sebagai antitesis dari sistem
                        demokrasi Barat. Bila kita memperhatikan sepanjang pemikiran Soekarno sebenarnya
                        intinya adalah sebuah penegasan bahwa sebenarnya bangsa Indonesia memiliki nilai
                        dan kepribadian tersendiri yang berbeda dengan yang berkembang di masyarakat Barat.
                        Oleh karena itu, Soekarno ingin menggali kekayaan khazanah keilmuan dan budaya
                        sendiri  dan  dijadikan  sebagai  sumber  utama  dalam  menjalankan  dan  membangun
                        sebuah bangsa dengan  karakter  budaya  bangsa sendiri.   Semangat  Soekarno untuk
                        memunculkan keunikan kepribadian bangsa Indonesia patut diapresiasi oleh generasi
                        muda saat ini yang mungkin telah melupakan jati diri bangsanya.


                        d.   Keadilan Sosial
                             Keadilan sosial berarti persamaan hak bagi semua orang dan tetap adanya cita-cita
                        bahwa semua manusia harus menikmati manfaat kemajuan ekonomi dan sosial tanpa ada
                        diskriminasi. Saling menghormati hak masing-masing individu serta hak kepentingan
                        umum. Dalam bahasa yang lebih sederhana, keadilan sosial adalah pengakuan akan hak
                        dasar dan kontraktual yang diberikan masyarakat kepada semua individu.
                             Dari sudut pandang fitrah manusia, penegakan  keadilan sosial adalah  salah
                        satu hal yang paling penting, sehingga tidak ada manusia, betapapun kejamnya akan
                        menyangkalnya.  Sejarah  menunjukkan  bahwa  keadilan  sebagai  bawaan  lahir  yang
                        dibentuk oleh kreativitas manusia. Kebutuhan akan keadilan sosial dipahami melalui
                        pembentukan komunitas dan pemahaman manusia tentang koeksistensi dengan orang
                        lain. Hal itu menjadi penting karena ketimpangan, diskriminasi dan pemiskinan juga
                        acapkali terjadi dalam masyarakat manusia.




                        12    Dahm, Bernhard. 1987.  Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta: LP3ES. Hal.246
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208