Page 262 - Science and Technology For Society 5.0
P. 262
~ Science and Technology for Society 5.0 ~ 225
Berdasarkan penelitian itu didapatkan 60% dari protein yang biasa
dihasilkan B. pumilus SAFR-032. Protein yang dapat meningkatkan
ekspresinya dalam keadaan mikrogravitasi adalah protein UspA. Protein ini
berguna untuk melindungi bakteri dari pengaruh lingkungan, misalnya
radiasi ultraviolet. Peneliltian Chiang et al. (2019) didukung oleh penelitian
Ott et al. (2019) terkait bakteri Deinococcus radiodurans pada suasana
mikrogravitasi. Percobaan ini dilakukan dengan peralatan simulasi
mikrogravitasi untuk meniru suasana di angkasa luar yang tanpa bobot.
Metabolit dan protein diekstraksi dan diukur dengan metode mass-
spectometri. Hasilnya adalah terdapat peningkatan kadar protein yang
berperan dalam mengatasi stres dan protein yang berperan dalam replikasi
DNA. Salah satu contoh adalah protein DnaX. Protein DnaX merupakan
bagian dari enzim DNA polymerase yang berperan dalam replikasi DNA.
Protein lain yang meningkat produksinya dalam keadaan mikrogravitasi
adalah PolA, yaitu protein yang berperan dalam perbaikan molekul DNA.
Protein ini berguna dalam perbaikan DNA seperti yang terkena radiasi ion di
angkasa luar.
Bakteri yang hidup di angkasa luar juga ditemukan dalam bentuk debu
kosmos (cosmic dust). Grebennikova et al. (2018) mengumpulkan debu
kosmos yang ada di bagian luar stasiun ISS dari tahun 2013 sampai tahun
2017. Hasil pengamatan itu dikumpulkan dan diamati dengan PCR,
elektroforesis DNA, dan analisis filogenetik. Prosedur pengumpulan sampel
dan analisis dilakukan secara cermat untuk menghindari kontaminasi dari
bakteri yang ada di Bumi. Hasil analisis DNA dan filogenetik menunjukkan
bahwa bakteri tersebut adalah dari genus Mycobacterium dan Delftia.
Penelitian itu juga dilanjutkan dengan membandingkan genom bakteri dari
sampel angkasa luar itu dengan sampel dari laut wilayah Rusia, yang hasilnya
menunjukkan adanya persamaan antara sampel dari angkasa luar dengan
sampel di laut itu. Menurut Grebennikova et al. (2018), hasil ditemukannya
bakteri dari debu kosmos itu memunculkan dua alternatif tentang asal mula
bakteri tersebut. Yang pertama yaitu bakteri itu berasal dari Bumi yang
terbawa hingga ketinggian orbit ISS yaitu 400 km. Yang kedua yaitu bakteri
itu berasal dari angkasa luar. Alternatif pertama mensyaratkan adanya
perpindahan bakteri dari stratosfer ke ionosfer, yang belum dapat dijelaskan
mekanismenya.