Page 253 - Pendidikan Terbuka Untuk Indonesia Emas
P. 253
Pendidikan Terbuka untuk Indonesia Emas
TANTANGAN KURIKULUM TERBUKA
Keputusan untuk menerapkan kurikulum terbuka kemungkinan
mempunyai masalah sebagai dampak negatif. Sebagai contoh,
bahwa dalam memilih konsentrasi mahasiswa tidak sepenuhnya
secara mendalam dan utuh mendasarkannya pada minat dan
prospek ke depan, tetapi sekedar menghindari matakuliah
yang tidak disukai dan memilih matakuliah atau konsentrasi
yang “mudah dan nyaman” dipelajari. Bila demikian halnya,
mereka menjadi tidak tertantang dan bersungguh hati dalam
proses pendidikan.
Perguruan tinggi yang menerapkan kurikulum tradisional
berpendapat bahwa struktur kurikulum penting karena
memberikan kejelasan kepada mahasiswa. Penerapan
kurikulum terbuka akan menyulitkan mahasiswa yang
baru memasuki pendidikan tinggi, karena lulusan sekolah
menengah pada umumnya kurang percaya diri, masih
memerlukan bimbingan untuk memilih bidang apa yang akan
ditekuni karena belum punya bayangan profesi yang kelak
akan ditekuni. Pendapat ini ada benarnya juga, oleh sebab itu
perguruan tinggi yang menerapkan kurikulum terbuka harus
memiliki dosen konselor atau pembimbing akademik yang
berpengalaman dan berwawasan luas. Bimbingan individual
yang intensif juga dapat “menyita” waktu kerja dosen di
samping mengerjakan tugas kedosenan prioritas lainnya.
Oleh sebab itu ada yang mengatakan open curriculum ini
lebih cocok bagi mahasiswa baru yang mempunyai semangat
meraih prestasi tinggi, istilahnya self-starter, dan antusias
untuk mempersiapkan kariernya ke depan.
Pemberi kerja sering tidak paham dengan sistem open
curriculum, dan ketika merekrut atau menilai pegawai baru
akan menggunakan program studi sebagai dasar seleksi. Hal ini
menjadi tantangan sendiri bagi lulusan perguruan tinggi yang
250