Page 179 - Institusi Pendidikan Tinggi Di Era Digital: Pemikiran, Permodelan, Dan Praktik Baik
P. 179
166 Institusi Pendidikan Tinggi di Era Digital: Pemikiran, Permodelan dan Praktek Baik
keilmuannya dan menguasai semua materi yang ada di modul (misal:
ekonomi, bisnis, manajemen, akuntansi dsb), namun juga kreatif di dalam
pengembangan strategi pembelajaran dan materi belajar dalam e-learning.
Wirasti (2013) menyatakan pemahaman akan logika berpikir teknologi
dibutuhkan, dimana tutor (dosen) mempunyai logika berpikir dan
kemampuan mengubah lingkungan belajar tatap muka menjadi kelas virtual
sehingga mampu memenggal materi berdasarkan kebutuhan belajar melalui
fitur-fitur atau fasilitas yang tersedia dalam platform e-learning yang
digunakan, misalnya: memilih fitur-fitur (tools) yang dapat digunakan ketika
10
materi belajar yang disampaikan secara online adalah asynchorous ;
menentukan materi yang memerlukan interaksi langsung secara virtual
(synchronous) dalam pembelajaran online, dan sebagainya. Selain
kemampuan dan ketrampilan teknis tentang fitur-fitur (tools) dalam
platform e-learning (Moodle) yang disediakan, dibutuhkan kemampuan
tutor untuk menerjemahkan bagaimana mahasiswa akan belajar sehingga
dapat memperoleh pengalaman belajar yang optimal. Dengan demikian
pemaknaan literasi ‘e-learning’ dapat dilihat sebagai kemampuan yang
dimiliki seorang tutor (dosen) yang mencakup ICT literacy dan kemampuan
mengintergrasikan strategi pembelajaran dan materi belajar yang relevan
melalui medium komputer dengan memanfaatkan berbagai fitur-fitur
e-learning berbasis platform Moodle (lihat Gambar 2. Kerangka Literasi
E-Learning).
Gambar 2. Kerangka Literasi E-learning
10
Asycrhrous learning: belajar tanpa disingkronkan atau tidak langsung, Sychronous learning:
kegiatan suatu kelas yang dipertemukan secara online dalam situs web yang telah
ditentukan dan waktunya sesuai dengan kesepakatan bersama.