Page 49 - Peran Matematika, Sains, dan Teknologi Dalam Mendukung Gaya Hidup Perkotaan (Urban Lifestyle) Yang Berkualitas
P. 49
Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas 37
Berdasarkan data pada Tabel 2., terlihat adanya kenaikan realisasi
kebutuhan konsumsi terigu sebesar 28,15% pada tahun 2013 dan 41,38%
pada tahun 2014. Terjadi kenaikan kebutuhan konsumsi terigu dari tahun
2013 – 2014 sebesar 13,3%. Sebaliknya terjadi penurunan realisasi
kebutuhan bahan pangan di kelompok jagung dan semua kelompok umbi-
umbian baik singkong, ubi jalar, kentang, sagu, dan umbi lainnya. Penurunan
konsumsi umbi-umbian cukup tajam terjadi pada kelompok singkong dan
sagu. Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan konsumsi
pangan pokok dari jagung, singkong dan sagu yang beralih ke beras. Secara
tanpa sadar, masyarakat memandang komoditas umbi-umbian dan jagung
sebagai komoditas inferior dan hanya cocok untuk masyarakat
berpendapatan rendah sehingga sebagian masyarakat mengalihkan fungsi
jagung dan umbi-umbian lain dari makanan pokok menjadi makanan
selingan.
Konsumsi beras sangat erat kaitannya dengan pendapatan masyarakat.
Makin tinggi pendapatan, tingkat konsumsi beras juga semakin tinggi,
kemudian pada tingkat pendapatan tertentu konsumsi beras masyarakat
akan menurun. Bila pendapatan masyarakat Indonesia sudah cukup tinggi,
diduga konsumsi beras akan menurun secara nyata. Hukum Bennet
menyatakan bahwa proporsi bahan pangan pokok berpati dalam konsumsi
rumah tangga makin berkurang dengan meningkatnya pendapatan dan
beralih ke pangan yang berkalori lebih mahal.
Hal ini terlihat dari data pada Tabel 3., masyarakat dengan pengeluaran
per kapita sebulan <Rp100.000,00 cenderung mengonsumsi umbi-umbian
sebagai kelompok pangan sumber karbohidrat. Konsumsi kelompok pangan
padi-padian oleh kelompok masyarakat dengan pengeluaran per kapita
sebesar Rp100.000,00-Rp199.999,00 cenderung menurun. Namun konsumsi
kelompok pangan padi-padian oleh kelompok masyarakat dengan
pengeluaran per kapita sebesar Rp200.000,00-Rp749.999,00 cenderung
mengalami peningkatan. Konsumsi kelompok pangan padi-padian oleh
kelompok masyarakat dengan pengeluaran per kapita sebesar
Rp200.000,00-Rp749.999,00 diduga bersumber dari terigu dan produk
olahan terigu seperti mie, pasta, dan roti. Konsumsi kelompok pangan padi-
padian oleh kelompok masyarakat dengan pengeluaran per kapita sebesar
Rp750.000,00 – >Rp1.000.000,00 cenderung mengalami penurunan.
Penurunan Konsumsi kelompok pangan padi-padian oleh kelompok
masyarakat dengan pengeluaran per kapita sebesar Rp750.000,00 –