Page 213 - Cakrawala Pendidikan
P. 213

Pendidikan Terbuka: Menunggu ...
                           ·~---
        •   Semakin  banyak  ilmu  pengetahuan  dan  keterampilan  yang
            tidak  memadai  lag1  atau  tidak  sesuai  lagi  dengan  tuntutan
            pekerjaan bila ingin terus meningkat kamnya;  serta
        •   Semakin  tingginya  dana  yang  diperlukan  untuk  menyediakan
            prasarana pendidikan secara tradisional atau tatap muka.

        Sebagai  ilustrasi,  bayangkan  seseorang  yang  karena  keadaan
        ekonominya  hanya  mampu  bersekoiah  formal  hingga  tingkat
        sekolah  menengah,  dan  kemudian  harus  bekerja.  Atau  seseorang
        yang  karena  "cita-cita"nya  ingin  menjadi  sarjana,  lalu  mati-matian
        menguras     seluruh   sumberdaya     keluarganya    dengan
        mengorbankan  saudara-saudaranya  untuk  ··ngotot"  bersekolah
        sampai  selesai  dan  baru  bekerJa.  Kedua  11ustras!  tersebut  tldak
        perlu  terjadi,  kalau  orang  menyadan  bahwa  berhenti  "sekolah"
        pada  saat  dia  tidak  mampu  lagi  membiayai  bukanlah  akhir  dan
        perjalanan  "be!ajar"nya:  karena  setelah  dia  bekerja  dan  mampu
        membiayai,  dia  dapat  meneruskan  proses  "belajar"nya.Tetapi  itu
        adalah  pola  pikir yang  belum  memasyarakat,  dan  inilah  yang  harus
        kita masyarakatkan secara luas.
        Konsep  pendidikan  sepanjang  hayat  (life-long  learning)  dan
        pendidikan  untuk  semua  (education  of all)  yang  dicetuskan  dan
        dideklarasikan  oleh  UNESCO  merupakan  suatu  ideologi  yang
        harus  dihayati  dan  dijalankan.  Kedua  konsep  itu  secara  mendasar
        mengatakan  bahwa  set1ap  orang  berhak  untuk  memperoleh
        kesempatan  belajar  dan  mendapatkan  pendidikan  sepanjang
        hayatnya.  Artinya,  tidak  ada  batasan  waktu  untuk  belajar.
        Masyarakat  harus  diajak  untuk  mengahayati  konsep  itu,  untuk
        membuka diri terhadap pola  berpikir yang  baru  tentang  pentingnya
        "belajar" dan tentang "fleksibel"nya waktu dan tempat belajar.
        Pemahaman  pola  berpikir  tentang  tidak  terbatasnya  usia  sekolah,
        serta  fleksibilitas  waktu  dan  tempat  belajar  akan  juga  mendorong
        pemahaman  masyarakat  akan  adanya  "cara"  atau  metode  belajar
        yang  lain  selain  tatap  muka di  dalam  kelas.  Pemasyarakatan  pola
        berpikir  ini  tentu  harus  diprogramkan,  didukung,  dan  ditunjang
        dengan penyediaan suatu sistem  pelayanan  pendidikan,  baik yang
        formal,  non-formal, maupun Informal.




                                                                 203
   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218